BAB II
PEMBAHASAN
1.
Definisi Sejarah
Mernbahas
sejarah memang tidak akan pernah ada habisnya, sekecil apapun yang dibahas
dalarn sejarah, pada point yang perlama ini karni akan memaparan tentang
pengertian dan ruang lingkup sejarah. Kata sejarah secara harafiah berasal dari
kata Arab (Sajaratun) yang artinya
pohon. Dalarn bahasa Alab sendiri, sejarah disebut tarikh . Adapun kata tarikh
dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan.
Pengertian
pohon kayu disini adalah suatu kejadian, perembangan, atau pertumbuan,tentang suatu hal (peristiwa), dalam suatu
kesinambungan atau (kontinuitas). Beberapa peneliti malah berpendapat bahwa
arli syajarah tidak sama denan sejarah, sebab sejarah bukan hanya bermakna
sebagai pohon keluarga, asal - usul, atau istilah. Dalam istilah bahasa-bahasa
Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa
Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui
bahwa istilah sejarah berasal-muasal,dalam bahasa Yunani historia.
Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan history,
bahasa Prancis historie, bahasa
Italia istoria, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi,
dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.Namun,
kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia (dlbaca: istoria)
yang berarti ilmu atau orang pandai. Namun, dalam penggunaanya oleh filsuf
terkenal dari yunani Adstoteles, historia berlari suatu pertelaan sisternatis
mengenai seperangkat gejala alam, entah susunan kronologi yang merupakan faktor atau tidak di dalam pertelaan penggunaan
itu, meskipun jarang, namun nyatanya masih tetap hidup.
Dalam
bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia.akan tetapi
seiring dengan perkembangan zaman, kata lain yang sama artinya yaitu scientia lebih sering dipergunakan untuk
rnenyebutkan pertelaan sistemais non kronologis mengenai gejala alam, sedangkan
kata istoria biasanya diperuntukan bagi pertelaan mengenai gejala gejala (terutama
yang berhubungan dengan manusia) dalam urutan kronologis. Kata lain yang
mendekati acuan tersebut adalah dalam bahasa jerman Geschichte yang berarti
sudah terjadi. Bila dibandingkan, arli kata sejarah dalam bahasa inggris dan
bahasa jerman, acapkali dijumpai di dalam ucapan-ucapanya yang terlalu sering dipakai
seperli "semua sejarah rnengajarkan sesuatu" atau "pelajaran-pelajaran
sejarah". Salah satu perkataan Sunnal dan Haas ( 1993:78 dalam
supardan:287) pernah menyebut bahwa "History
is a ctu'onological study that interprets and gives meaning to events and
applies systhematic rnethods to discover the truth.
Dahulu,
pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari ilmu budaya
(humaniora).Akan tetapi, kini sejarah lebih sering dikategorikan ke dalam ilmu
sosial, terutama bila rnenyangkut perunutan sejarah secara kronologis.Ilmu
sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan di
masa lalu.Ilmu sejarah dapat dibagi menjadi krouologi, historiografi,
genealogi, paleografi, dan kliometrik.Moh.Yamin pernah berkata bahwa Sejarah
adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa
peristiwa yang dibuktikan dengan kenyataan. Sedangkan menurut J.V Brice Sejarah
adalah cararan-earatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan dan diperbuat
oleh manusia.
Sedangkan
di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1952, sejarah disebutkan
memiliki 3 arti yaitu :
a. Menurut kesusastraan lama : silsilah, atau
asal - usul
b. Kejadian dan Peristiwa yang benar benar
terjadi pada masa lampau.
c. Ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
Sedangkan
Moh.Ali dalam bukunya 'Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia" (1963) mendefi
nisikan sejarah sebagai :
a. Jumlah perubahan-perubahan kejadian dan peristiwa dalam kenyataan sekitar
kita.
b. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, dan
peristiwa dalam kenyataan sekitar kita.
c. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan
kejadian dan pelistiwa dalam kenyataan sekitar kita.
Pengertian
sejarah berbeda dengan pengertian Ilmu sejarah.Sejarah adalah peristiwa yang
terjadi pada masa lalu manusia sedangkan Ilmu sejarah adalah ilmu yang
digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia.Apabila kita
ambil peristiwa masa lampau saja, itu belum berarli sejarah. Karena,
sejarahakan mengandung arti bila peristiwa masa lampau atau faktanya diberi
cerita dan ceritanya harus disusun dengan menggunakan persyaratan ilmiah.
Dan menurut beberapa ahli lain, pengertian
sejarah ialah:
a.
Dr. R. Ruslan Abdul Gani : Sejarah adalah merupakan cabang
ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematic perkembangan
masyarakat serta manusia di masa lampau beserta kejadian-kejadian.
b.
Prof. Dr. H. Muh. Yamin : Sejarah adalah suatu ilmu
pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan bberapa peristiwa yang dapat
dibuktikan dengan bahan kenyataan ( fakta-fakta ).
c.
Patrick Gardiner : Sejarah merupakan suatu ilmu yang
mempelajari apa yang telah diperbuat manusia.
d.
W.H. Walsh : Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang
menitik beratkan pada pencatatan yang berarti dan penting bagi manusia.
e.
JV. Bryce : Sejarah adalah catatan dari apa yang dipikirkan,
dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.
f.
R. Moh. Ali : Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang
menitik beratkan pada pencatatan yang berarti dan penting bagi manusia.
Terdapat dua jenis cara penulisan sejarah
a.
Sejarah Naratif
1)
uraian logis mengenai suatu proses perkembangan terjadinya peristiwa
berdasarkan common sense (akal sehat), imajinasi, ketrampilan ekspresi, bahas
dan pengetahuan fakta.
2)
Proses terjadinya peristiwa secara genesis (dari awal–akhir)
3)
Keterangan mengenai sebab–sebanya (kausalitas) secara deskriptif
4)
Ditulis tanpa memakai teori dan metodologi.
b. Sejarah Ilmiah / Analisis
Kriteria utama sejarah ini adalah mengkaji dan menyajikan suatu
kejadian di masa lampau dengan menerangkan sebab–sebanya yang bersumber pada
kondisi lingkungan peristiwa (kondisional) dan konteks sosialbudaya
(kontekstual).Namun, pelukisan sejarah ilmiah yang pada giliranya bertujuan
memberikan makna dan penjelasan tentang faktor–faktor terjadinya suatu
peristiwa tersebut dapat dilakukan secara implicit di dalam deskripsi dengan
ebrdasarkan konsep dan teori yang relevan.
Lalu mengapa sejarah dapat dikatakan
sebagai ilmu?
Karena
memenuhi Syarat-syarat sebagai Ilmu : ( Artinya Sejarah merupakan cabang Ilmu
yang berdiri sendiri, karena melalui penelitian Ilmiah
a. Melalui Tahab-tahab Penelitian
b. Disusun secara Sistematis
c. Melalui /memakai Metodologis
Sejarah akan Ilmiah ( hasil penelitian dapat
dipertanggungjawabkan ), apabila hasilnya :
a Logis ( dapat diterima akal )
b. Sistematis ( berurutan dalam penelitian )
c. Obyektif ( apa adanya hasil penelitiannya )
d. Metodologis ( memakai teknik Penelitian )
Untuk lebih mudahnya dalam penelitian sejarah kita akan berusaha menjawab 5 pertanyaan karena sejarah adalah ilmu atau pengetahuan untuk merekonstruksikan kembali aktivitas atau tindakan umat manusia di masa lampau dengan berusaha untuk memberi jawaban atas lima “ W “, yaitu :
a Logis ( dapat diterima akal )
b. Sistematis ( berurutan dalam penelitian )
c. Obyektif ( apa adanya hasil penelitiannya )
d. Metodologis ( memakai teknik Penelitian )
Untuk lebih mudahnya dalam penelitian sejarah kita akan berusaha menjawab 5 pertanyaan karena sejarah adalah ilmu atau pengetahuan untuk merekonstruksikan kembali aktivitas atau tindakan umat manusia di masa lampau dengan berusaha untuk memberi jawaban atas lima “ W “, yaitu :
a. What ( apa wujud kejadian/apa
peristiwa tersebut )
b. Who ( siapa yang tersangkut/terlibat
langsung atau tidak dalam suatu peristiwa)
c. Where ( dimanakah peristiwa itu
terjadi )
d. Why ( mengapa peristiwa tersebut
bisa terjadi )
e. When ( kapan peristiwa itu terjadi )
Dengan
demikian Sejarah dapat dimasukkan dalam suatu ilmu tersendiri. Karena memenuhi
persyaratan sebagai ilmu, yakni sebagai berikut :
a. Metode yang efisien.Sejarah yang
mempunyai metode tersendiri dalam rangka pencarian dan penelitiannya, yakni
dalam pengumpulan sumber, mengadakan penelitian sumber, penafsiran data serta
penyajian data dalam bentuk cerita sejarah.
b. Obyek yang definitive : Ruang
lingkup sejarah adalah apa yang telah diperbuat oleh manusia di masa lampau.
c. Formulasi dan kebenaran : Bahwa apa
yang disajikan dalam cerita sejarah (historiografi), diusahakan sejauh nungkin
menjauhi peristiwanya, untuk itu dilakukan analisa data secara ilmiah
d. Penyusunan yang sistematis: Dalam
usaha mulai dari langkah pertama sampai akhir dilakukan secara teratur dan
sistematis. Jadi, Sejarah benar-benar dapat dimasukkan dalam ilmu tersendiri.
Dengan
demikian penelitian sejarah mempunyai arti bahwa tahap penulisan sejarah (historiografi),
bukan hanya sekesar menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian,
melainkan juga menyampaikan peristiwa, pikiran, dan emosi melalui interpretasi
sejarah berdasarkan fakta-fakta hasil penelitian. Tetapi dalam menuliskan hasil
penelitian, sejarawan atau peneliti harus sadar bahwa tulisan itu tidak hanya
untuk kepentingannya tetapi juga dibaca orang lain. Untuk itu perlu
dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisannya. penyajian
penelitian sejarah dalam bentuk tulisan
bukan hanya sekesar menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian,
melainkan juga menyampaikan peristiwa, pikiran, dan emosi melalui interpretasi
sejarah berdasarkan fakta-fakta hasil penelitian (melalui kririk dan mempertimbangkan
intrepretasi subyektif dan objektifnya).
Dalam menuliskan hasil penelitian, sejarawan atau peneliti
harus sadar bahwa tulisan itu tidak hanya untuk kepentingannya tetapi juga
dibaca orang lain. Untuk itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa
penulisannya dalam penyajian penelitian sejarah dalam bentuk tulisan
(historiografi).
2.
Cabang Ilmu Sejarah
Karena
lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan
penelitian. Bila beberapa penulis seperti H.G. Wells, Will Durant, dan Ariel Durant
menulis sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan sejarawan memiliki keahlian dan
spesialisasi masing-masing. Beberapa dari mereka sepakat untuk membagi peranan
kedudukan sejarah menjadi 3 kelompok besar yaitu; sejarah sebagai peristiwa,
sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai cerita (ismaun, 1993:277 dalam
supardan:288)
a. Sejarah
sebagai peristiwa
Adalah
sesuatu yang terjadi pacla manusia cli masa larnpau.Pengerlian manusia di masa
lampau adalah sesuatu yang penting dalam definisi sejarah.Pengerlian sejarah
sebagai peristiwa sebenarnya memiliki makna yang sangat luas dan beraneka
ragam. Namun, keluasan dan keanekaragaman tersebut sama dengan luasnya kon-rpleksitas
kehidupan manusia.Sejarah sebagai peristiwa selingjuga disebut sejarah sebagai
kenyataan dan sejarah sebagai objektif (ismaun,1993 :279 dalam supardan:289).
Artinya, peristiwa-peristiwa tersebut benar benar terjacli dan didukung oleh evedensi-evidensi
yang menguatkan seperti berupa peninggalan (relics atau remains). Dan catatan-catatan
(r'ecords) (lucey,1 984:27). Selain itu, dapat pula peristiwa itu diketahui
dari sumber - sumber yang bersifat lisan yang si sampaikan dali mulut ke mulut.
b. Sejarah sebagai ilmu
Dalam
pengertianya, kita mengenal definisi sejarah yang bermacam-macarn, baik yang
menyangkut persoalan persoalan.Sejarah sebagai bagian dari ilmu sosial, sejarah
sebagai bagian dari ilmu hurnaniora, maupun yang berkernbang di sekitar makna
dan hakikat yang terkandung dalam sejarah.
Bury
(teggart,1960:36 dalam supardan:290) secara tegas menyatakan history is science no less, and more.
Sedangkan menurut pendapat Pollard (ismaun,I953:282 dalam supardan:292)menyatakanhistory is both a science and art, because it lequire scientific
analysis of matrealis and an arthistic scientist of the result. Sejarah
dikategorikan sebagai ilmu karena dalam sejarah pun memiliki batang tubuh
keilmuan (the body of knowledge), metodologi yang spesifik.Sejarahpun memiliki
struktur keilmuan tersendiri. Baikdalam fakta, konsep, maupun generalisasiya
(bank, 1971:2Il-219; sjamsudin, 1996:7-I9).
c. Sejarah
sebagai cerita
Sejarah
sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun berdasarkan pendapat
seseorang, rnemori, kesan atau taf'siran manusia terhadap suatu peristiwa yang
terjadi pada masa lampau.Disebut sejarah sebagai subyek yang artinya sejarah
tersebut telah mendapatkan penafsiran dari penyusunan cerita sejarah. Dalam hal
ini sejarawan mempunyai peran sebagai "The Man Behind the Gun",
artinya mereka menelusuri cerita sejarah berdasarkan jejak-jejak sejarah (sejarah
sebagai peristiwa) namun tetap dipengaruhi oleh sudut pandang sejarawan itu
sendiri.
Ada
banyak cara untuk memilah informasi dalam sejarah, antara lain:
a. Berdasarkan kurun waktu (kronologis).
b. Berdasarkan wilayah (geografis).
c. Berdasarkan negara (nasional).
d. Beldasarkan kelompok suku bangsa (etnis).
e. Berdasarkan topik atau pokok bahasan
(topikal).
Dilihat dari ruang lingkupnya yang begitu luas, bila dibagi lagi
menjadi satu pembahasan yang tematik, maka akan muncul belasan cakupan sejarah,
diantaranya:
a. Sejarah Sosial
Berdasarkan buku pengantar ilmu
sosial, karangan Dadang supardan (2008:293). Pengertian sejarah sosial
dibuat oleh Trevelyn dalam bukuna English
Sosial History, A Survey of Six Centuries (1942).Ia berpendapat bahwa
sejarah sosial adalah sejarah tanpa nuansa politik.
Lain lagi yang dikatakan oleh Robert J Bezucha
(1972:x), menurutnya sejarah sosial itu ialah sejarah budaya yang mengkaji
kehidupan sehari–hari anggota–anggota masyarakat dari lapisan yang berbeda–beda
dan dari periode yang berbed–beda pula.
Menurut Hobsbawm (1972:2 dalam supardan:294)
di dalam sejarah sosial itu diakui sejarah dari orang–orang miskin atau kelas
bawah; gerakan–gerakan sosial.Berbagai kegiatan manusia, seperti tingkah laku, adat
istiadat, kehidupan sehari–hari; sejarah sosial dalam hubunganya dengan sejarah
ekonomi.
b. Sejarah Ekonomi
Sebenarnya sejarah ekonomi ini lebih merupakan
perpaduan dari dua disiplin ilmu, seperti namanya yaitu ilmu sejarah dan ilmu
ekonomi. Sejarah ekonomi mulai dianggap sebagai bidang studi tersendiri dimulai
dengan dibentuknya Economic History
Society pada tahun 1926, dan jurnalnya yang begitu terkenal “Economic History Review” yang mulai
terbita pada tahun 1927. Selain itu dibentuknya “National Beureu of Economic Research” pada tahun 1920.
c. Sejarah Kebudayaan
Agak sulit untuk menjelaskan secara spesifik
apa itu sejarah kebudayaan, mengingat arti kebudayaan itu sendiri sangat luas.
Hal ini tentu saja sangat berseberangan dengan apa yang kita pelajari di
tingkat sekolah, dimana ruang lingkup sejarah kebudayaan itu lebih berkisar
pada bidang arkeologi, sesuatu yang berkaitan dengan kepercayaan, seni –
bangunan, seni sastra, seni pahat, dll. Namun, dalam gaya baru, pengertian
sejarah kebudayaan menjadi lebih luas, aspek – aspek seperti gaya hidup, etika,
etiket pergaulan, kehidupan keluarga sehari – hari, pendidikan, berbagai adat
istiadat, upacara adat, siklus kehidupan dsb (Kartodirdjo, 1992:195 dalam
supardan:296).
d. Sejarah Demografi
Sebenarnya sejarah demografi sudah ada sejak
dulu, ketika John Graunt mempublikasikan “Natural
and Political Observations made upon the bills Mortality” (1662).Penulisan
sejarah geografi tersebut didasarkan atas data kependudukan inggris pada abad
ke 16.
e. Sejarah Politik
Dalam sejarah lama, sejarah politik memiliki kedudukan
yang dominan dalam historiografi barat. Akibatnya, timbul tradisi yang kokoh
bahwa sejarah konvensional adalah sejarah politik (Kartodirdjo, 1992:46 dalam
supardan:298). Karakteristik utama dalam sejarah konvensional adalah bersifat
deskriptif–naratif.Dalam hal itu, proses politik diungkapkan melalui satu
dimensi politik belaka. Dalam sejarah politik gaya lama, biasanya mengutamakan
diplomasi dan peranan tokoh–tokoh besar serta pahlawan–pahlawan yang
berpengaruh besar.
Berbeda
dengan sejarah politik gaya baru yang sifatnya multidimensional, karena sejarah
politik dibuat lebih menarik, mengingat eksplanasinya lebih luas, mendalam, dan
tidak terjebak dalam determinisme historis (Kartodirdjo, 1992:49 dalam
supardan:299). Cakupan analisisnya pun lebih luas, karena struktur kekuasaan,
kepemimpinan, para elite, otoritas, budaya politik, proses mobilisasi, jarinan–jarinan
politik dalam hubunganya dengan system–system dan proses sosial, ekonomi, dan
sebagainya pun turut dibahas.
f. Sejarah Kebudayaan Rakyat
Sebenarnya agak sulit untuk membedakan sejarah
kebudayaan dengan sejarah kebudayaan rakyat atau the history of popular
culture.Kesulitan itu secara teoritik tidak membedakan secara eksplisit antar
“kebudayaan atas” dengan “kebudayaan Bawah”.Namun secara realitas–empiric,
perbedaan ini tampak bukan dalam struktur, melainkan praksisnya.
g. Sejarah Intelektual
Secara filosofis hubungan sejarah dengan
intelektual lebih erat dengan aliran fenomenologi yang mengkaji tentang
fenomena–fenomena atau apa saja yang tampak. Dalam suatu fakta sejarah,
ragamnya dapat berupa artifact (benda), socifact (hubungan sosial), dan
mentifact (kejiwaan).Namun, perlu dicatat disini, bahwa tidak semua bentuk
kesadaran meninggalkan bekas. Banyak sekali peninggalan–pennggalan yang ikut
musnah terbawa sampai ke liang lahat. Disinilah sejarawan dituntut keahlianya
untuk dapat merekam kesadaran tersebut yang menyangkut dengan alam pikiran
manusia masa lalu yang menjadi pusat perhatian sejarah intelektual.Karena, alam
pikiran itu sendiri memiliki struktur yang bertahan lama dan dapat direkam.
h. Sejarah Keluarga
Sebagaisuatu bidang riset, sejarah keluarga
(family history) mulai muncul pada tahun 1950-an sebagai bagian tumbuhnya minat
terhadap sejarah ekonomi dan sejarah sosial (wall, 2000:340-341 dalam
supardan:300). Dimana para ahli sejarah mencari informasi mengenai keluarga
dari berbagai sumber, mulai dari dokumen–dokumen legal, catatan kasus–kasus
pengadilan, sejarah nama–nama keluarga, lukisan lama, naskah perjanjian, dan
berbagai penggalian arkeologis di lokasi–lokasi milik pribadi, maupun milik
publik untuk mengungkap cikal bakal kehidupan keluarganya (Gotain, 1978;
Rawson, 1906; Gardner, 1985 dalam supardan:301).
i.
Sejarah Etnis
Pada umumya sejarah etnis (etnohistory)
ditulis untuk merekonstruksi sejrah dari kelompok–kelompok etnis sejak sebelum
datangnya bangsa eropa sampai dengan interaksi mereka dengan orang–orang eropa.
Sejarah etnis tersebut mulai digunakan secara umum oleh pakar antropologi,
arkeologi, dan sejarawan sejak tahun 1940-an (Sjamsuddin,1996:215 dalam
supardan:302). Contoh sejarah etnis adalah sejarah etnis Aztec, maya, aborigin,
dan maori.
Adapun ruang lingkup sejarah etnis ini
mencakup kajian–kajian yang meliputi aspek–aspek sosial, ekonomi, kebudayaan,
kepercayaan masyarakat, interaksi dalam lingkungan masyarakat atau kelompok,
kekerabatan, perubahan–perubahan sosial–budaya, migrasi, dan sebagainya.Untuk
menyusun sejarah etnis yang baik, diperlukan suatu pembahasan yang bersifat
interdisipliner untuk mengungkap secara mendalam dari berbagai aspek kehidupan.
j.
Sejarah Psikologi dan Psikologi Histori
Mungkin benar tulisan peter burke dalam “History and Sosial Theory” yang
menyebtkan bahwa sampai sekarang ini peranan psikologi masih agak marginal
dalam historiografi, dan alasanya banyak yang menyandarkan pada relasi
psikologi dan sejarah (Burke,2001:170 dalam supardan:303).
k. Sejarah Pendidikan
Sejarah pendidikan memiliki substansi yang
luas, baik yang menyangkut tradisi dan pemikiran–pemikiran berharga dari para
pemimpin besar pendidikan, system pendidikan, dan pendidikan dalam hubunganya
dengan sejumlah elemen–elemen penting dan problematic, khususnya dalam perubahan
sosial yang menyangktu aliran–aliran.Yaitu, perenialisme, esensialisme,
rekonstruksionisme, konstruksionisme, dan progresifisme. Pendekatan
pembelajaranya dapat menyangkut tentang psikologi belajar behaviorisme gestalt,
humanisme, kognitifisme, bahkan sampai psikologi belajar kecerdasan majemuk
gardner.
l.
Sejarah Medis
Penulisan sejarah medis dilatar belakangi oleh
kebutuhan para dokter yang menyadari pemahaman tradisi–tradisi pengobatan yang
berbeda–beda pada masa lalu.
3.
Struktur Ilmu Sejarah
Secara sederhana,
Ismaun (1993; 125-131 dalam supardan:307) mengemukakan bahwa dalam metode
sejarah meliputi:
1.
Heuristic (pengumpulan sumber–sumber)
2.
Kritik atau analisis sumber (eksternal dan internal)
3.
Interpretasi
4.
Historiografi (penulisan sejarah)
Sedangkan ilmu bantu dalam penulisan sejarah
terbagi atas hal–hal berikut;
1. Paleontology, yaitu ilmu tentang bentuk–bentuk
kehidupan purba yang pernah ada di muka bumi ini, terutama fosil.
2. Arkeologi, yaitu kajian ilmiah mengenai hasil
kebudayaan, baik dalam periode prasejarah maupun periode sejarah yang ditemukan
melalui ekskavasi–ekskavasi di situs–situs arkeolog.
3. Paleoantropologi, yaitu ilmu tentang manusia–manusia
purba atau antropologi ragawi.
4. Paleografi, yaitu kajian tentang tulisan–tulisan
kuno. Termasuk ilmu membaca dan penentuan waktu.
5. Epigrafi, yaitu pengetahuan tentang cara
membaca, menentukan waktu, dan menganalisis tulisan kuno pada benda–benda yang
dapat bertahan lama (batu, logam, dsb).
6. Ikonografi, yaitu arca–arca atau patung–patung
kuno sejak jaman prasejarah maupun sejarah.
7. Numismatic, yaitu ilmu tentang mata uang,
asal–usul, tekhnik pembuatan dan mitologi.
8. Ilmu keramik, yaitu kajian tentang barang–batang
untuk tembikar dan porselin.
9. Genealogi, yaitu pengetahuan tentang asal–usul
nenek oyang atau asal mula keluarga seseorang ataupun beberapa keluarga.
10. Filologi, yaitu ilmu tentang naskah–naskah
kuno.
11. Bahasa, yaitu penugasan tentang beberapa
bahasa, baik bahasa asing, maupun bahasa daerah yang diperlukan dalam
penelitian sejarah.
12. statistik, yaitu sebagai presentasi analisis
dan interpretasi angka–ngka.
13. Etnografi, yaitu merupakan kajian bagian
antropologis tentang deskripsi dan analisis kebudayaan suatu kebudayaan suatu
masyarakat tertentu.
Dan gray (1964:9
dalam supardan:307) pernah mengemukakan bahwa seorang sejarawan minimal
memiliki enam tahap dalam penelitian sejarah.
1.
Memilih suatu topik yang sesuai
2.
Mengusut semua evidensi atau bukti yang relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian diadakan.
3.
Membuat catatan–catatan penting dan relevan dengan topik yang
ditemukan ketika penelitian diadakan.
4.
Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan atau
melakukan kritik sumber secara eksternal dan internal.
5. Mengusut hasil–hasil penelitian dengan
mengumpulkan catatan fakta–fakta secara sistematis.
6.
Menyajikanya dalam suatu cara yang menarik serta mengomunikasikanya
kepada para pembaca dengan menarik pula.
4.
Konsep dan Generalisasi Sejarah
Menurut Banks (1977:99-100) dalam pembuatan
generalisasi sejarah dapat dibedakan atas tiga tingkatan
1. High order generalization, ialah generalisasi
yang disebut laws atau principles, yaitu generalisasi yang pemakaianya secara
universal.
2. Intermediate level generalization, ialah gen
eralisasi yang digunakan di kawasan tertentu ataupun di daerah kebudayaan
tertentu.
3. Law order generalization yaitu generalisasi
yang didasarkna atas data dari dua atau lebih tentang sekelompok masyarakat
dari suatu kawasan tertentu yang bersifat local, generalisasi inilah yang
paling memungkingkan dibuat dalam sejarah.
Tekhnik Generalisasi yang digunakan
1. Perubahan
Jika kita hanya mengakui gerak sejarah
berdasarkan siklus, maka tidak akan banyak terjadi perubahan–perubahan yang
berarti dalam masyarakat, padahal perubahan yang terjadi di masyarakat demikian
cepat dan tidak terduga.
2. Peristiwa
Peristiwa sejarah itu kecendrunganya akan
terjadi pengulangan tapi, akan terjadi pula suatu proses kemajuan yang lebih
berarti daripada gerak sejarah yang benar – benar hanya bersifat siklus belaka
(Al-sharqawi, 1986:147)
3. Sebab dan Akibat
Munculnya peradaban dilembah sungai Nil (Mesir Kuno) yang bernilai
tinggi sebagai khazanah budaya dunia, disebabkan adanya tantangan ynag cukup
keras bagi bangsa mesir dan berperannya kaum elite minoritas yang kreatif,
akibatnya mereka berupaya untuk merespon tantangan itu dalam bentuk peradaban
yang bernilai agung (Lauer,2003:53 dalam supardan:352).
4. Nasioanalisme
Menurut Jan Romein, gerak kemajuan dan
keberlanjutan perubahan sejarah (sosial budaya), tidak dapat disamakn dengan
evolusi biologis, melainkan kebalikannya. Mengingat manusia memiliki sejumlah
kemampuan akal dan pikiran ssebagai makhluk yang lebih sempurna. Oleh karena
itu, dalam dialektika kemajuan perkembangan nasoinalisme pun tidak berjalan
secara evolutif, tetapi maju dengan lompatan-lompatan yang diadakan seperti
revolusi (Wertheim,1976:95-96 dalam supadan:352)
5. Kemerdekaan
Menurut Wittfogel, terdapat hubungan yang erat
antara berkembangnya budaya hidrolik yang berukuan besar, khususnya system
irigasi dengan munculnya struktur sosial yang sentralistik, otokratik, dan
birokratik, sebagaimana sering disebut sebagai despotism oriental. Dengan membangun
budaya hidrolik tersebut (Wertheim 1976;kapplan dan manners, 1999:95 dalam
supardan:352)
6. Kolonialisme
Merajalelanya kolonialisme barat pada abad
ke-19 terhadap Asia, Afrika, dan Amerika Latin, sebenarnya tidak dapat
dilepaskan sebagai dampak penemuan-penemuan daerah baru ataupun eksplorasinya
trhadap daerah-daerah lain yang belum mereka kenal sebelumnya (Denon, 2010;134
dalam supardan:353)
7. Revolusi
Revolusi Prancis yang terjadi pada tahun 1789
memiliki dampak besar bagi kemenangan kaum borjuis di Eropa Barat maupun
bangkitnya nasionalisme maupun perlawanan terhadap imperialism, khususnya
sesama Eropa (Furet dan Richet, 1989:480 dalam supardan:353)
8. Fasisme
Lahirnya fasisme di Italia maupun Jerman
menjelang perang DuniaII, tidak lepas dari pengaruh kriis ekonomi (Malaise)
yang sangat parah bagi dunia (Payne, 2000;347 dalam supardan:353).
9. Komunisme
Makin meluasnya bahaya komunisme di Asia
tenggara, mendorong para ahli strategi dan pemikir Amerika Serikat untuk
menggagas suatu teori baru yang dikenal dengan teori Domino (supardan,1983:21
dalam supardan:353).
10. Peradaban
Bebrapa pusat peradaban tertua, Mesir Kuno, Mesopotamia, India Kuno,
dan Cina Kuno,pada umumnya lahir ataupun muncul sebagai respon atas tantangan
dan kesadaran minoritas kreatif yang terjadi dibeberapa lembah sungai-sungai
besar (Toynbee, 1961 dalam supardan:353).
11. Perbudakan
Ketika kolonialisme dan imperialisme merajalela, system perbudakan
dibeberapa wilayah (Afrika, Asia, maupun Amerika Latin)pun berkembang dengan
pesat (Ross, 2000:965 dalam supardan:353).
12. Waktu
Studi tentang waktu dapat berfungsi baik
sebagai kerangka eksternal untuk mengukur peristiwa dan proses, menata
kesemrawutan terjadinya peristiwa dan proses demi orientasi manusia atau
mengkoordinasikan tindakan individu dan social secara kuantitatif yang
dinyatakan oleh jam, hari, tnggal, bulan, tahun, dan abad, memungkinkan kita
mengenal perbandingan kecepatan, interval, rentangan, dan sebagainya maupun
untuk menentukan kerangka internal secara kualitatif yang dinyatakan berlangsung
lebih lama atau lebih sebentar, lebih lambat atau lebih cepat, dan sebagainya
(Adam, 1990:23 dalam supardan 354)
13. Feminisme
Teori-teori feminism pada awalnya bersifat
interdisipliner yang merangkum beberapa diskriminasi dan ketimpangan social
antara pria dan wanita diberbagai bidang sosial budaya, seperti sejarah,
filsafat, antropologi, politik, ekonomi, seperti reproduksi, representasi, an
pembagian kerja berdasrkan jenis kelamin. Perkembangan selanjutnya yang
mencolok adalah munculnya konsep-konsep baru, seperti seksisme dan esensialisme
yang dimaksudkan untuk menggugat diskiminasi sosial terhadap ilmu pengetahuan
yang berkembang (Humm, 2000;354 dalam supardan;354)
14. Liberalisme
Secara metodologis, liberalism meragukan
penjelasan teori-teori holistic ataupun kolektivisme.Mereka lebih mengasosiasikan
gerakan-gerakan laissez-fire dan
menolak intervensi pemerintah serta implikasi-implikasi moral yang mengharuskan
memerintahkan yang lemah. Selain itu, mesti tidak menyangkal legitimasi dan
prosedur-prosedur demokratis, kaum liberal tidak bersedia mempertaruhkan makna
hakiki individu dengan membuka pintu dengan selebar-lebarnya pada kekuatan
mayoritas (Barry, 2007:571 dalam supardan:354)
15. Konservatisme
Pad umunya, pengikut konservatisme adalah
orang tua yang sudah memiliki pandangan dan sikap mapan mengenai apa yang harus
diutamakan dalam hidup. Aliran ini menjungjung tinggi sopan santun, meskipun
hal itu masih irasional karena hal-hal tersebut masih dianggap sebagai jangkar
yang akan mencegah seseorang bertindak semaunya. Oleh karena itu, daya tarik
konservatisme di Inggris sampai sekarang masih luas, khusunya bagi “golongan
tua” tetap besar. Mereka beranggapan bahwa suatu masyarakat yang tidak memiliki
elmen konservatisme, disatu sisi tidak akan bertahan lama, walaupun bagi banyak
orang disisi lain dapat dianggap stagna (Minogue, 2000:167 dalam supardan:354)
Sedangkan,
menurut Louis Gottschalk (1963) terdapat 6 kategori generalisasi dalam
penulisan sejarah, yaitu:
l.
Aliran unik "the school of unique". Tujuan sejarah harus mengemukakan
perbedaan daripada persamaan.
2.
Aliran generalisasi terbatas yang sangat ketat "school of the strictly limited generalization" yaitu sejarawan yang
murni deskriptif naratif.
3.
Aliran generalisasi atas dasar trer/ arah gejala- "the school
generalization on the bassis of trens" sejarawan interpretative-
mengemukakan beberapa hipotesis dari teori yang dapat membantu menjelaskan
sejumlah peristiwa - peristiwa sejarah yang berkaitan.
4.
Aliran generalisasi atas dasar perbandingan- "the school generalization on
the bassis of comparison" - comparative historian.
5.
Aliran generalisasi yang berlakuuntuk prediksi dan control- "the school of
generalization
that have validity for prediction and control". i.e nomothetic historian
7. Aliran filsafah sejalah kosrnis, "the
school of cosmis philosophies of history". i.e the philosophers history.
5.
Teori-Teori Sejarah
Teori
merupakan unsure yang sanagat esensial dalam kajian tentang suatu fenomena,
baik pada masa lalu maupun masa sekarang.Namun, untuk ilmu sejarah kedudukan
teori meni8mbulkan perdebatan sengit, terutama antara aliranempirismedan
idealism, khusunya mengenai penerapan hokum umum (general law) dan teori
generalisasi (generalizing theory). Menurut golongan idealis, terutama
Neo-Kantian , seperti Wilhelm Dilthey, Henrich Rickert, dan R.G Collingwood,
gahwa ilmu–ilmu alam (natural science) berbeda dengan kajian–kajian manusia
(human studies) juga di dalamnya termasuk humaniora.
1. Teori Gerak Sejarah Ibnu Khaldun
Ibnu
khaldun (1332-1406) adalah seorang sejarawan dan filsuf sosial islam kelkahiran
tunisia yang merupakan penggagas pertama dalam teri siklus ini, khusunya dalam
sejarah pemikiran manusia, terutama dsari dimensi sosial dan filosofis pada
umumnya. Karya monumentalnya adalah Al-Muqaddimah (1284 H) yang secara orisinal
dan luas membahas kajian sejarah, budaya dan sosial.
Adapun
inti atau pokok–pokok pikiran dalam teori Khaldun tersebut dikemukakan dalam
Al-Muqaddimah sebagai berikut.
a. Kebudayaan adalah masyarakat manusia yang
memiliki landasan di atas hubungan manusia dan tanah di satu sisi dan hubungan
manusia dengan manusia lainya di sisi lain yang menimbulkan upaya mereka untuk
memecahkan kesulitan–kesulitan lingkungan serta mendapatkan kesenangan dan
kecukupan dengan membangun industri, menyusun hukum, dan menertibkan transaksi.
b. Bahwa kebudayaan dalam berbagai bangsa
berkembang melalui empat fase, yaitu fase primitif atau nomaden, fase
urbanisasi, fase kemewahan, dan fase kemunduran yang menghantarkan kehancuran
c. Kehidupan fase primitif atau nomaden adalah
bentuk kehidupan manusia terdahulu (tertua) yang pernah ada. Pada masa ini,
sifat kehidupan kasar yang diwarnai oleh keberanian dan ketangguhan mendorong
mereka untuk menundukan kelompok – kelompok lain. Selain itu, pada masa ini pun
pada kelompok – kelompok tersebut tumbuh solidaritas, ikatan, dan persatuan
yang menopang mereka meraih kekuasaan dan kesenangan
d. Dalam fase urbanisasi, pembangunan yang mereka
lakukan tetap berlangsung sehingga perkembangan kebudayaan semakin maju,
khusunya di kota-kota.
e. Pada fase kemewahan, banyak kelompok yang
tenggelam dalam masa kemewahan, di mana pada fase ini dicirikan oleh beberapa
indikator.
f. Pada fase kemunduran, kerajaan dan
pemerintahan melalaikan urusan kenegaraan/pemerintahan dan kemasyarakatan yang
mempercepat kehancuran, ditandai dengan ketidakmampuan dalam mempertahankan
diri. Ini pertanda bahwa usainya daur kultural dalam sejarahnya dan bermulanya
daur baru (Al-Sharqawi, 1886; 145-146).
g.
Biasanya kelompok–kelompok yang terkalahkan akan selalu mengekor
kepada kelompok–kelompok yang menang, baik dalam slogan, pakaian, kendaraan,
maupun tradisi lainya
2. Teori Daur Kultural Spiral Giambattista Vico
Nama filsuf sejarah
italia, Giambattista vico (1668-1744) memang jarang dikenal, padahal jasanya
begitu besar, terutama dalam teorinya tentang gerak sejarah ibarat daur
kultural spiral yang dimuat dalam karyanya The
New Science (1723) yang telah diterjemahkan Downs tahun 1961. Atau mungkin
karena teorinya yang sering diidentikkan dengan teori siklus, di mana nama–nama
besar tokoh lainya, melebihi bayangan nama besarnya.
Secara
makro, pokok–pokok pikiran Vico yang tertuang dalam teori daur spiralnya dalam The New Science adalah seperti berikut
a.
Perjalanan sejarah bukanlah seperti roda yang berputar mengitari
dirinya sendiri sehingga memungkinkan seorang filsuf meramalkan terjadinya hal
yang sama pada masa depan.
b. Sejarah berputar dalam gerakan spiral yang
mendaki dan selalu memperbaharui diri.
c. Masyarakat manusia bergerak melalui fase–fase
perkembangan tertentu dan terjalin erat dengan kemanusiaan yang dicirikan oleh
gerak kemajuan dalam tiga fase, yaitu fase teologis, fase herois, dan fase
humanistis.
d. Ide kemajuan adalah substansial, mesti tidak
melalui satu perjalanan luruske depan, tetapi bergerak dalam lingkaran–lingkaran
historis yang satu sama lain saling berpengaruh.
3.
Teori Tantangan dan Tanggapan Arnold Toynbee
Arnold
Toynbee (1889-1975) adalah seorang sejarawan inggris, ia adalah pendukung teori
siklus lahir-tumbuh-mandek-hancur.
Seperti halnya khaldun yang dikenal sebagai “jenius arab”, Toynbee melihat
bahwa proses siklus
lahir-tumbuh-mandek-hancur suatu kehidupan sosial, lebih ditekankan pada
masyarakat atau peradaban sebagai unit studinya yang lebih luas dan
komprehendif daripada studi tentang sesuatu bangsa maupun periode tertentu.
Karyanya adalah A Study of History .pokok–pokok
pikiran dari teori tantangan dan tanggapan (challenge and response) tersebut
dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Menurut toynbee, terdapat 21 pusat peradaban
di dunia, misalnya peradaban Mesir kuno, india, sumeria, Babilonia, dan
peradaban barat atau kristen. Enam peradaban muncul serentak dari masyarakat
primitif yang berasal dari mesir, sumeria, cina maya, minoa, dan india. Masing–masing
muncul secara terpisah dari yang lain dan terlihat di kawasan luas yang
terpisah. Semua peradaban lain berasal dari enam peradaban asli itu. Sebagai tambahan,
sudah ada tiga peradaban gagal, yaitu peradaban kristen barat jauh, kristen
timur jauh, dan skandinavia, dan lima peradaban yang masih bertahan, yaitu
polinesia, eskimo, nomadik, ottoman, dan spartan.
b. Peradaban muncul sebagai tanggapan atas tantangan,
walaupun bukan atas dasar murni hukum sebab akibat, melainkan hanya sekedar
hubungan, dan hubungan itu dapat terjadi antara manusia dan alam, atau antara
manusia dan manusia.
c. Sebagai contoh, peradaban mesir muncul sebagai
hasil tanggapan yang memasai atas tantangan yang berasal dari rawa dan hutan
belantara lembah sungai nil, sedangkan peradaban lain muncul dari tantangan
konflik antarkelompok.
d. Berjenis–jenis tantangan yang berbeda dapat
menjadi tantangan yang diperlukan bagi kemunculan suatu peradaban.
e. Terdapat lima kawasan perangsang yang berbeda
bagi kemunculan peradaban, yakni kawasan ganas, baru, diperebutkan, ditindas,
dan tempat pembuangan.
f. Kawasan ganas mengacu kepada lingkungan fisik
yang sukar ditaklukan. Kawasan diperebutkan, termasuk yang baru ditaklukan
dengan kekuatan militer. Kawasan tertindas, menunjukan suatu situasi ancaman
dari luar yang berkepanjangan. Kawasan hukuman/pembuangan, mengacu kepada
kawasan tempat kelas dan ras yang secara historis telah menjadi sasaran
penindasan, diskriminasi, dan eksploitasi.
g. Antara tantangan dan tanggapan berbentuk kurva
linear
h. Untuk terciptanya suatu tanggapan yang
memadai, kriteria pertama adalah keras atau lunaknya tantangan. Kriteria kedua,
kehadiran elite kreatif yang akan memimpin dalam memberikan tanggapan atas
tantangan itu.
4. Teori Dialektika Kemajuan Jan Romein
Jan
Marius Romein adalah teoretesi dan
sejarawan Belanda (1893-1962) yang
pertama kalinya elihat gejala lompatan dalam sejarah umat manusia sebagai suatu
kecendrungan umum dalam kemajuan maupun keberlanjutan. Pikiran-pikiran Jan
Romein ini dituangkan dalam Dialektika Kemajuan
atau De Dialektikek Van De
Vooruitgang:Bijdrage tot het ontwikkelingsbegrip in de geschiendenis (1935).
Adapun pokok–pokok pikiran teori Jan Romen tersebut ialah sebagai berikut.
a.
Gerak sejarah umat manusia itu kebalikan dari perkembangan secara
berangsur–angsur (evolusi), melainkan maju dengan lompatan–lompatan yang
sebanding dengan mutasi yang dikenal dalam dunia alam hidup biologis.
b.
Suatu langkah baru dalam evolusi manusia, kecil kemungkinannya terjadi
dalam masyarakat yang telah mencapai tingkat kesempurnaan yang tinggi dalam
arah tertentu.
c.
Dengan demikian, keterbelakangan dalam hal–hal tertentu dapat
dijadikan sebagai suatu keunggulan (situasi yang menguntungkan) untuk mengejar
ketinggalanya. Sebaliknya, kemajuan yang relative pesat di masa lalu dapat
berlaku sebagai penghambat kemajuan. Inilah yang dinamakan Dialektika Kemajuan.
5. Teori Despotisme Timur Wittfogel
Karl
Wittfogel, penulis buku Oriental Despotism (1957) mengemukakan teori–teorinya
sebagai berikut.
a.
Cara produksi Asiatis, menurut pendapatnya yang khas pada masyaraka-masyarakat
yang berdasarkan irigasi besar–besaran, telah menimbulkan suatu garis lain
dalam perspektif evolusi.
b.
Masyarakat–masyarakat hidrolis, tidak hanya dicirikan oleh irigasi,
tetapi dalam hal-hal tertentu oleh bangunan drainase besar–besaran adalah
tipikal despotime timur yang menjalankan perintah dengan kekuasaan total oleh
suatu birokrasi yng bercabang luas dan berpusat, serta secara tajam mesti
dibedakan dari masyarakat feudal, seperti dikenal dalam masyarakat di Eropa
Barat dan Jepang.
c.
Bila masyarakat–masyarakat feudal memungkinkan suatu perkembangan
menuju kapitalisme borjuis maka birokrasi–birokrasi Asiatis itu sama sekali
tidak cocok bagi perkembangan apapun menuju suatu struktur yang lebih modern.
d.
Struktur–struktur politik baru yang dilahirkan di kerajaan–kerajaan
despotis Timur di masa lalu (Rusia dan Cina), sebenarnya tidak dapat dipandang
sebagai suatu subtype dari suatu masyarakat modern atau sebagai sesuatu yag
baru, melainkan hanya merupakan salinan–salinan dari despotism timur tradisional,
di mana kemungkinan–kemungkinan untuk menjalankan kekuasaan mutlak dan terror,
telah berkembang hingga tingkat yang luar biasa tingginya (Wittfogrl,
1957:366-367)
e.
Doktrin ini bermaksud menunjukan bahwa uni soviet maupun Cina tidak
dapat menawarkan apapun yang mungkin diinginkan oleh bangsa–bangsa lain, jaln
satu–satunya kea rah kemajuan adalah mengikuti garis peradaban modern yang berdasarkan
hak milik.
6.
Teori Perkembangan Sejarah dan Masyarakat Karl Marx
Karl Heinrich Marx (1818-1883) dilahirkan di
Trier, Prusian Rhineland pada 5 mei 1818. Ia berasal dari silsilah panjang
rabbi, baik garis ayah maupun ibunya. Ayahnya adalah seorang pengacara
terhormat, ia menikah dengan Jenny anak tokoh sosialis awal Baron van
Weshpalen. Masuk Universitas Bonn, tahun berikutny pindah ke University of
Berlin.
Teorinya
tentang gerak sejarah dan masyarakat, tertuang dalam Die Deutch Ideologie
(ideologi Jerman) tahun 1845–1846, secara ringkas dapat dikemukakan sebagai
berikut.
a.
Struktur ekonomi asyarakat yang ditopang oleh relasi–relasinya dengan
produksi, merupakan fondasi riil masyarakat. Struktur tersbut sebagai dasar
munculnya suprastruktur hokum dan politik, berkaitan dengan bentuk tertentu dari kesadaran sosial.
Di sisi lain, relasi- relasi produksi masyarakat itu sendiri dengan tahap
perkembangan tenaga–tenaga produktif materiil akan mempersiapkan proses
kehidupan sosial, politik, dan intelektual pada umumnya.
b.
Seiring dengan tenaga produktif masyarakat berkembang, tenaga–tenaga
produktif ini mengalami pertentangan dengan berbagai relasi produksi yang ada
sehingga membelenggu pertumbuhanya. Kemudian, mulailah suatu era revolusi
sosia, seiring dengan terpecahnya masyarakat akibat konflik.
c.
Konflik itu terseesaikan sedemikian rupa sehingga menguntungkan
tenaga–tenaga produktif, lalu muncul relasi–relasi produksi yang baru dan lebih
tinggi yang persyaratan materiilnya telah matang dalam “rahim” masyarakat itu
sendiri
d.
Relasi–relasi produksi yang lebih baru dan lebih tinggi ini
mengakomodsi secara lebih baik keberlangsungan pertumbuhan kapasitas produksi
masyarakat. Di sinilah model produksi borjuis mewakili era progresif yang
paling baru dalam formasi ekonomi masyarakat, tetapi hal itu merupakan bentuk
produksi antagonistic yang terakhir. Dengan matinya bentuk produksi tersebut,
maka prasejarah kemanusiaan telah berakhir.
e.
Di sinilah kapitalisme akan hancur oleh hasratnya sendiri untuk
meletakkan masyarakat pada tingkat produktif yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya. Selain itu, perkembangan tenaga–tenag produktif yang membayangkan
munculnya kapitalisme sebagai respons terhadap tingkat tenaga produktif pada
awal mula terbentk.
f.
Dengan demikian, perkembangan kapasitas produktif masyarakat menetukan
corak utama evolusi yang dihasilkan, yang pada giliranya menciptakan institusi–institusi
hokum dan politik masyarakat atau suprastruktur.
7.
Teori Feminisme Wollstonecraft
Mary
Wollstonecraftt dilahirkan di inggris tahun 1759. Ia adalah orang miskin yang
berasal dari keluarga “berantakan” . salah satu karyanya yang paling terkenal adalah A Vindication of the Rights Woman (1792), menyusul 2 tahun setelh
memperoleh citra buruk atas karya sebelumnya.
Isi pokok pemikiran (teori) Wollstonecraft
adalah sebagi berikut:
a.
Salah satu cirri yang paling universal sekaligus mencolok adalah
subordinasi wanita atas pria. Sekalipun saat ini banyak kemajuan–kemajuan politik dan budaya yang
diperolehnya, wanita tetap ditempatkan pada kelas kedua.
b.
Dalam beberapa segi, hal itu disebabkan oleh kaum wanita itu sendiri
yang erprasangka buruk terhadap kapabilitas bakatnya sendiri, sebuah pandangan
yang diajukan oleh banyak penulis dan pemikir pembenci wanta.
c.
Padahal pria dan wanita sama–sama mampu bernalar dan memperbaiki diri.
d.
Masyarakat dan kaum pria telah membatasi kesempatan–kesempatan yang
dimiliki wanita untuk menggunakan kemampuan alamnya bagi kebaikan masyarakat.
e.
Keluhuran–keluhuran jinak dan kesenangan–kesenangan hampa telah mendorong
kaum wanita berfokus pada penyanjungan dan penyenangan pria yang dapat
menjauhkan wanita untuk berkontribusi pada kehidupan moral, budaya, dan
politik.
f.
Wanita tidak boleh memiliki status inferior, sekalipun penyebabnya
oleh kaum wanita itu sendiri yang begitu pasrah menerima citra mereka yang
tidak menguntungkan diri.
g.
Semakin baik pendidikan mereka, semakin baik wanita menjadi warga
Negara, istri, dan ibu. Wanita terdidik adalah orang–orang yang lebih rasional
dan lebih luhur.
6.
Permasalahan dalam Ilmu Sejarah
Permasalahan dalam sejarah,
yang kami angkat pada makalah ini adalah tentang peristiwa gerakan 30
Sepetember (G30S / GESTAPU) yang selalu diidentikan dengan gerakan kudeta dari
kelompok Partai Komunis Indonesia (PKI). Dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai
dengan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), pengajaran dari para guru sejarah
selalu mengidentikan peristiwa Gerakan 30 September ini begitu diidentikan
dengan kelompok PKI, sehingga munculah singkatan G30S/PKI. Padahal, dari
beberapa sumber buku yang pernah saya baca, paling tidak ada beberapa faktor
penyebab terjadinya gerakan pembantaian terhadap beberapa perwira tinggi
angkatan darat, selain faktor dari PKI sendiri tentunya. Yaitu diantaranya
adanya angkatan kelima, beredarnya isu tentang kondisi Presiden Soekarno yang
mengalami sakit, isu tentang masalah tanah dan bagi hasil, faktor Malaysia,
Faktor Amerika Serikat, sampai dengan faktor ekonomi.
Banyak juga pihak yang dianggap
terlibat dalam peristiwa berdarah ini, mulai dari isu keterlibatan Soekarno,
sampai juga isu keterlibatan Soeharto.
7.
Cara Pemecahan Masalah dalam Ilmu Sejarah
Menurut kelompok kami, salah satu cara pemecahan masalah
dalam menghadapi polemik tentang siapa yang paling berperan dalam peristiwa 30
September adalah para pendidik dan para orang tua menjelaskan peristiwa ini
kepada para peserta didik tanpa harus mengidentikan dengan sebuah kelompok,
mungkin akan terdengar susah bagi para peserta didik di tingkat dasar untuk
dapat menganalisis sendiri suatu kejadian. Namun, menurut saya ini adalah salah
satu cara untuk mengubah pandangan akan keidentikan suatu peristiwa dengan
kelompok tertentu.
8.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami
tarik dari keseluruhan makalah ini adalah: Sejarah
adalah peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang terus berkesinambungan.Sedangkan
ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting
masa lalu manusia.Ruang lingkup ilmu sejarah terbagi kedalam 3 baian yaitu
sejarah sebai peristiwa, sejarah sebagai ilmu, dan sejarah sebagai cerita.
Metode
sejarah menurut ismaun (1993;125-131 dalam supardan:307) ada 4 macam,
diantaranya heuristik (pengumpulan sumber-sumber), kritik atau analisis sumber
(eksternal dan inernal), interpretasi, historiografi (penulisan sejarah).
Sedangkan ilmu bantu sejarah yaitu paleontologi, arkeologi, paleoantropologi,
paleografi, epigrafi, ikonografi, numismatik, imu keramik, genealogi, filologi,
bahasa, statistik, dan etnografi.
Tujuan
sejarah diantaranya fungsi edukatif, fungsi inspiratif, fungsi inspiratif, dan
fungsi rekrasi.Diantara kegunaan sejarah yaitu guna intrinsic, guna ekstrinsik
dan guna perencanaan atau penilaian.
Sejarah
perkembangan sejarah, pada awalnya kemunculan ilmu sejarah, sejarah hanya
terpusat mengenain cerita tentang politik di masa lalu, dan membahas tentang
peranan-peranan orang-oh sekarang mencakup orang besar.Namun sekarang sejarah
tidak lagi terpusat kepada hal-hal itu, sejarah kini membahas tiap-tiap aspek
masa lalu yang terjadi pada manusia, dan bukan hanya orang-orang besar yang
dibahas, namun siapa saja bisa menjadi objek dalam sejarah.
Hubungan
ilmu sejarah dengan ilimu-ilmu sosial lainnya yaitu hubungan sejarah dengan
ilmu sosiologi, hubungan sejarah dengan antropologi, hubungan antropologi
budaya dengan sejarah, hubungan sejarah dengan psikologi, hubungan sejarah
dengan geografi, hubungan sejarah dengan ilmu ekonomi, dan hubungan sejarah
dengan ilmu politik.
Menuju
rapprochement sejarah dengan ilmu
social lainnya yaitu sejarah yang pada awalnya menjadi bagian dari ilmu-ilmu
humaniora, lalu dalam perjalananya mendekat kepada ilmu-ilmu social, proses
mendekatnya sejarah inilah yang disebut dengan rapprochement.
Konsep-konsep
sejarah diantaranya ada perubahan, peristiwa, sebab dan akibat, nasionalisme,
kemerdekaan atau kebebasan, kolonialisme, revolusi, fasisme, komunisme,
peradaban, perbudakan, waktu, feminisme, liberalisme, dan konservatisme.
Pembuatan
generalisasi terdapat 3 tingkatan yaitu high
order generalization, intermediate level generalization dan law order generalization.Sedangkan yang
digunakan disini adalah perubahan, peristiwa, sebab dan akibat, nasionalisme,
kemerdekaan, kolonialisme, revolusi, fasisme, komunisme, peradaban, perbudakan,
waktu, feminisme, liberalisme, dan konservatisme.
Teori-teori
sejarah diantaranya teori gerak siklus sejarah ibnu khaldun, teori daur
kultural spiral giambattista vico, teori tantangan dan tanggapan Arnold
Toynbee, teori dialektika kemajuan jan romein, teori depotisme timur wittfogel,
dan teori perkembangan sejarahdan masyarakat karl marx.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman,D. (2007). Metodologi Penelitian sejarah. Jogjakarta:
Ar-ruzz Media.
Poerwananta, PK.
Hugiono. (1992). Pengantar Ilmu Sejarah.Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Rennison, Louis.(2005). Saksi dan pelaku Gestapu: pengakuan para saksi dan pelaku sejarah Gerakan 30 September 1965. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sapriya.
Sadjarudin Nurdin. (2008). Konsep Dasar
IPS. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pkn FPIPS.
Supardan, Dadang. (2008). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi
Aksara.
Artikelnya bagus Kak, Tolong Mampir ke Blog saya ya Kak,
BalasHapushttp://catatan-azis2.blogspot.com