Minggu, 30 Agustus 2015

maaf jika aku seorang introvert :)

            Sedikit bercerita pengalaman masa kecil,bukan bermaksud menyimpan kekecewaan dari masa kecil,  hanya belajar agak tidak mengulang kesalahan saat menjadi orang yang dianggap lebih dewasa kelak

        Di masa kecil, beberapa kali saya mendengar beberapa orang dewasa mengomentari saya dengan sebutan kuuleun hanya karena saya lebih memilih untuk bermain barbie sendirian dirumah daripada ikut bermain ucing sumput bersama teman-teman sebaya,  Ataupun disebut kutu buku ketika saya lebih memilih untuk tenggelam bersama koleksi buku-buku koleksi kakek saya yang bahkan beberapa diantaranya seusia dengan ayah saya dibanding harus nongkrong bersama teman-teman seumur yang asyik membicarakan soal cinta monyet masing-masing. 

          Saya juga masih ingat dengan jelas bagaimana beberapa kerabat mengatai saya cicingeun ketika dalam sebuah hajatan sepupu yang lagi-lagi sebaya asyik bernyanyi dan menari di atas panggung, sementara saya hanya mampu memandangi dari jauh. Bahkan terkadang momen kumpul keluarga saat hari raya atau acara-acara tertentu sering membuat saya bosan setengah mati, “ ah apakah mereka itu tidak lelah berjam-jam membicarakan hal ini itu, tertawa begini-begitu”, rasanya ingin cepat kabuuuuuur dan kembali ke gua kecil saya, my room :p.

        Semakin bertambah umur, memasuki masa remaja ternyata apa yang sempat saya anggap masalah belum mau hilang juga. Bagaimana lingkungan sekitar kembali melabeli saya sebagai orang yang tidak bisa gaul hanya karena intensitas saya keluar rumah dan bergaul dengan tetangga yang mayoritas sebaya sangat kurang bahkan sangat jarang, saat itu belum dikenal istilah cabe-cabean seperti sekarang, namun aktivitas nongkrong abg sambil nonton konser musik di lapang gasibu, dari ada band sampai konser mba inul yang ramai karena dicekal bang haji  seakan menjadi indikator anak gaul daerah titimplik dan sekitarnya (berhubung lokasi rumah terlalu dekat dari kawasan gasibu).

      Bukan berarti saya yang saat itu baru beranjak abg tidak sering tertekan dengan hal itu, penyesalan diri karena tingginya ekspektasi orang-orang di sekitar tentulah bikin saya keder, ditambah dengan ketidakpahaman orang tua saya akan hal itu, seringkali membuat saran yang dikeluarkan pun tidak tepat. Bukan hal aneh jika saya mendapat nasehat “tong cicing diimah wae, geura ulin jug” atau “senyum atuh sama orang teh biar ga disangka judes”. ah... andai orang-orang dewasa itu tahu betapa saya juga sangat ingin seperti teman-teman saya yang mereka contohkan hidupnya lebih bahagia dan lebih menyenangkan hanya karena mereka talkactive, mungkin.

        Memasuki usia setengah remaja setengah dewasa, berkenalan dengan dunia kampus dengan ilmu-ilmu baru, saya sampai pada beberapa mata kuliah yang berkaitan dengan psikologi. Berbekal sesendok ilmu dari dosen, saya bersemangat untuk mencari semangkuk ilmu di internet mengenai tipe-tipe kepribadian manusia. Sehingga sampailah saya kepada istilah-istilah yang sebelumnya awam seperti introvert, ambivert dan ekstrovert.

         Dalam sebuah artikel yang saya baca dengan mata sedikit menyipit dari awal hingga akhir, diselingi anggukan kepala setiap dua baris sekali dan senyuman di akhir artikel, saat itulah saya resmi memproklamirkan diri saya sebagai seorang introvert. Artikel tersebut mengungkapkan bagaimana seorang introvert yang cenderung sering merasa lelah dalam keramaian dan juga anti menjadi pusat perhatian dan dalam hati saya berteriak lantang, inilah saya !!.

         Maaf, tanpa bermaksud mendiskreditkan apalagi berniat untuk tidap menaruh rasa hormat dan bakti saya terhadap orang-orang yang saya ceritakan sebelumnya, akhirnya perlu kira-kira 22 tahun sampai akhirnya saya paham bahwa orang-orang yang melabeli saya dengan sebutan yang cukup membuat mengelus dada dan membuat saya yang remaja mengalami krisis kepercayaan diri sebenarnya tidaklah memahami bagaimana seorang anak berbeda dengan anak yang lainnya. Bagaimana seorang anak istimewa dengan caranya masing-masing. Entah itu anak yang senang membaca buku sendirian di pojokan kamar, atau anak yang justru senang bicara dan menjadi pusat perhatian. Tak pernah ada yang salah dengan dua anak tersebut bukan?

         Saya tidak pernah merasa menjadi seseorang yang anti sosial hanya karena saya merasa kuuleun atau cicingeun. saya tetap menjalin pertemanan bahkan beberapa persahabatan terjalin dalam hitungan waktu yang cukup lama. Saya, yang saya deklarasikan sendiri bahwa saya ini si introvert berdasarkan pengetahuan yang terbatas, tetap senang bertemu dengan orang-orang baru, walau setelahnya harus menyembuhkan diri dengan “me time” yang cukup lama.

         Tapi kembali lagi, untuk berubah pun saya sudah merasa terlalu nyaman dengan keadaan diri saya yang seperti ini. Semoga dengan semakin banyaknya kaum dewasa dengan berpikiran terbuka dan paham bahwa setiap manusia itu unik dan istimewa, tak perlu ada lagi “lisa” lainnya yang mengalami apa yang pernah saya rasakan di masa kecil. Karena percayalah, 22 tahun itu bukan waktu yang singkat dan akan sangat menyedihkan seandainya butuh lebih dari 22 tahun untuk mendapatkan jawaban ini


Maafkan, jika saya tidak mampu menjadi talkactive mamah, karena itu, ah sungguh melelahkan xD

finally i've got my S.Pd

akhirnyaaaaaaaaa, setelah postingan terakhir kira-kira tahun kemaren, hidup  lagi ini blog xD

sedikit cerita tentang salah satu peristiwa besar di hidup saya boleh kan?
alhamdulillah setelah perjuangan 4 tahun berdarah-darah penuh dengan air mata, kelaparan dan jadi korban php dosen (yang terakhir disebutin cuma satu semester aja kok, sisanya kehidupan kampus sebenernya indah),

27 Agustus 2015
dari pagi-pagi jam 6 pas pun belum kelewat dengan semangat menggebu-gebu, sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat serta doa dari orang tua, udah melangkahkan kaki menuju kampus tercinta. setelah pembukaan jam 7 di salah satu ruangan fakultas yang ber AC tapi keringet tetep bercucuran, dimulailah fighting dengan para dosen penguji

08.15 dipanggil ke ruangan penguji pertama. gemeteran, grogi, takut, ngeri, sampe lupa kalau tadi lagi menahan buang air. setelah sejam "diskusi ringan" sama ibu dosen tersayang yang diiringi pemberian ucapan selamat yang langsung bikin terharu sampai berlinang air mata

13.15 setelah menunggu sampai ngantuk dan rasanya ingin pulang saja ke pangkuan kasur yang pasti akan memanjakan diri, akhirnya dipanggil juga ke ruangan penguji dua. dengan pertanyaan-pertanyaan yang gak kalah sadis, diakhiri ucapan selamat juga oleh penguji kedua. terima kasih Pak, kelak saya tidak akan pernah lupa bagaimana seharusnya menulis The Pursuit of Happyness Pak :)

15.45 waktu yang sebenarnya sudah tidak lazim untuk dipakai memaparkan hasil penelitian. selain saya tahu bahwa penguji ketiga ini pasti sudah lelah (begitupun mahasiswanya), singkat cerita setelah pemberian selamat dan revisi, beban itu akhirnya lepas, saya sudah selesai melaksanakan bakti terakhir sebagai seorang mahasiswa tingkat akhir yakni mempertahankan hasil penelitian saya.

16.24 di ruang laboratorium Pendidikan IPS UPI, akhirnya Lisa Inawati dinyatakan resmi menyandang S,Pd dibelakang namanya, terharu? jelas lah, akhirnya bisa benar-benar mewujudkan cita-cita waktu sd menjadi guru IPS . sedih? iya juga karena sadar pengalaman jadi mahasiswa s2 dan s3 (kalau mendapat kesempatan) pasti akan berbeda dengan yang selama ini dialami menjadi mahasiswa s1

dan terakhir bagian paling penting, foto-foto pasca yudisium
maaf yah kalau yang hajatnya (baca: sidang) ternyata kalah pamor dibanding buket bunga atau balon buat difotoin temen-temenya
terima kasih, terima kasih banyak kepada kalian yang selalu mendampingi atau pernah menjadi bagian dari nano-nano nya kehidupan mahasiswa saya, semoga manis asem asin nya kalian ga akan pernah terlupakan


Bandung, 30 Agustus 2015
diantara wangi teh melati dan minyak angin lavender
Lisa                    




Senin, 16 Juni 2014

janji yang patah (fanfic twilight)

fanfic twilight yang sempet diposting di situs sebelah, tapi sekarang lupa akun dan password nya ternyata


I’ll let you go.....i’ll let you fly....why do i keep on asking why

Renesmee menangis, di kamarnya, bersama jacob tentu saja. Aku?jika aku masih manusia saat ini tentu akupun pasti akan menangisi kepergianya, tapi aku adalah makhluk abadi sekarang, aku kehilangan kemampuan manusiaku untuk menangis, dan aku bersyukur karena hal itu, setidaknya aku tak perlu menunjukan kelemahanku di hadapanku putriku ini.

“mommy” panggil nessie, aku memalingkan wajah menatapnya, dan tangannya membelai lembut pipiku, aku memejamkan mata untuk melihat visi apa yang ia ingin perlihatkan padaku

Visi itu begitu menyakitkan hatiku, gambar-gambar muncul dimana saat kami bertiga masih sanagt bahagia tinggal di kota dublin ini, terpisah jauh dari keluarga kami yang saat ini menetap di vancouver, kanada. Gambar berganti menjadi awal mula edward mulai sering bepergian lama dengan alasan berburu tanpa mengajaku atau nessie. Sampai puncak kejadian saat sebulan yang lalu edward benar-benar pergi dan tak pernah kembali dengan wanita itu.. ya wanita itu yang telah tega merenggut kebahagian dari aku dan juga putriku renesmee.

Tell me her name I want to know The way she looks And where you go I need to see her face I need to understand Why you and I came to an end
“aku mengerti nak”kataku sambil mengelus rambutnya, dan mengusap air mata yang terus mentes di pipinya. “sudahlah ayo bereskan semua barangmu, malam ini juga kita harus tiba di tempat grandpa cullen” kataku sambil terus memasukan barang-barang nessie ke koper.

“dan kau jake, aku takkan memaksamu ikut, kau bisa kembali ke la push kalau kau mau” kataku
“enak saja kau bella, sejak kapan aku pernah meninggalkan nessie-ku, bahkan dalam hal ini aku lebih baik dibandingkan ayahnya” ada nada menyindir dalam suara jacob.
Aku tak menjawab, hanya menggeram dan menampakan taringku kepada jacob, insting alamiku sebagai vampir bila merasa marah

Nessie dan jake asyik membereskan barang-barang yang akan kami bawa ke vancouver, sementara aku sibuk dengan pikiranku sendiri, sibuk menerka siapa wanita yang bersama edward di dalam mobil malam itu, perempuan yang begitu cantik, tapi tidak berkulit putih seperti kami. Jelas dia manusia. Hanya manusia ......

Tell me again I want to hear Who broke my faith in all these years Who lays with you at night When I’m here all alone Remembering when I was your own
Kami telah dalam perjalanan menuju london sekarang, lalu kami akan transit sebelum menuju ke vancouver. sekarang, yang kupikirkan saat ini hanyalah segera bertemu dengan keluargaku, bertemu dengan alice, dengan carlisle, esme, rosalie, emmet, dan juga jasper, aku tak sanggup lagi menghadapi semua ini sendirian, aku harus melakukan sesuatu dan aku tak tahu itu apa. Tapi keluargaku pasti tahu apa yang harus aku lakukan. Aku melihat ke sisi kiriku, nessie sedang tidur sekarang, ia bersandar pada bahu jacob. Dalam hati aku bertanya bagaimana mungkin nessie bisa bertahan dengan suhu tubuh jake yang memang tak pernah normal sejak ia menjadi seorang ehm werewolf.

Aku melanjutkan lamunan panjangku dalam perjalanan udara dari london menuju ke vancouver, jujur saja pikiranku melayang kemana-mana, walaupun tak banyak yang bisa kuingat dengan jelas kenangan-kenanganku sebagai manusia. Sempat terbesit perasaan menyesal dalam hatiku, aku telah mengorbankan seluruh hidupku hanya agar dapat menjadi makhluk yang sepadan dengan edward dengan harapan agar aku dapat bahagia denganya selamanya, tapi apa?dia mencampakanku begitu saja untuk “manusia”lain sekarang. Rosalie pasti akan menertawaiku habis-habisan setelah ini.

“bells” panggilan jacob tiba-tiba saja membuyarkan lamunanku

“bells apakah kau baik-baik saja?kau begitu tampak sangat...kacau” tanyanya ragu-ragu, entah mungkin takut aku ancam dengan taringku lagi

“aku oke jake, hanya sedikit.......” perasaan terluka kembali menyeruak di dadaku, jika aku masih manusia sekarang aku pasti akan langsung histeris saat ini juga. Itulah enaknya kalau kau jadi vampir.

“hanya sedikit apa bells?kau bisa cerita padaku, terlepas dari fakta bahwa kau adalah calon ibu mertuaku, namun kau tetap sahabatku bells” nadanya terdengar khawatir

“kau masih memikirkan si lintah jalang  yang telah meningalkanmu dan nessie-ku ini?sungguh tak pantas isabella cullen” ada sedikit penekanan saat ia menyebut nama belakangku sekarang

“jake, kenapa kau menyebut ayahku dengan panggilan seperti itu? aku dan jacob sama-sama terkejut mendapati nessie tiba-tiba terbangun dan hampir menangis karena jake-nya telah berkata sesuatu tentang ayahnya dan menyakiti hatinya, tentu saja.

“bukan begitu love, aku eh tidak eh bermaksud eh apapun , aku hanya mencoba menghibur ibumu, itu saja”. 

Geli juga aku melihat jacob yang aku kenal sangat tempramental mampu menjadi makhluk paling lembut di hadapan putri kecilku yang baru berumur 4 tahun, tapi telah nampak seperti gadis berumur 15 tahun.

Aku melanjutkan lamunanku tentang edward, tentang kesempurnaanya yang bak malaikat, wajahnya, tubuhnya. Otakku mencoba menghadirkan ingatan tentang aroma tubuhnya, suaranya, caranya berbicara dan memandangiku penuh tatapan memuja, oke itu dulu. Tapi jujur aku masih sangat berharap ini mimpi (tapi vampir kan tidak tidur, bagaimana bisa aku bermimpi?). nessie menyandarkan kepalanya di bahuku yang sekeras patung batu, tak sadar aku pun menyenandungkan sebuah lagu

I’ll let you go I’ll let you fly Why do I keep on asking why I’ll let you go Now that I found A way to keep somehow More than a broken vow
“mom merindukan dad?” nessie bertanya padaku

“selalu dear”

“apakah dad akan pulang dan kita akan bahagia lagi mom?”

“pasti sayang, ayahmu hanya sedang tersesat, tapi yakinlah dia akan segera menemukan jalan kembali kepada kita nak” aku mengakhiri percakapan menyedihkan ini dengan mencium puncak kepala nessie”
“tidurlah” itu terdengar lebih seperti permohonan dari pada perintah.

Delapan belas jam kemudian kami tiba di vancouver. Aku tidak begitu menyukai kota ini, dan berharap keluargaku segera menemukan kota kecil lain yang senyaman forks untuk ditinggali.

Kami sedang akan memesan taksi, ketika tiba-tiba saja di hadapan kami muncul mobil porsche 911 berwarna kuning. Aku tahu siapa dia, dan aku tak banyak bicara ketika bagasi mobil itu terbuka, kuperintahkan jake segera memasukan barang-barang kami, dan nessie kusuruh masuk di jok belakang”

“kuharap aku tak terlambat bella” suara lembut bagai nyanyian itu terdengar indah di telingaku andai aku sedang waras saat ini

Di sepanjang perjalanan aku merasakan hal itu lagi, aku merasa seperti dulu lagi saat edward meninggalkanku saat aku masih manusia dulu, tapi bedanya luka ini jauh lebih dalam, karena aku tahu alasan dia pergi bukan karena kebaikanku. Dan semakin bertambah perih ketika aku harus berpura-pura tegar demi nessie-ku, jika tak ada dia, mungkin saat ini aku telah terbang menuju italia menemui keluarga volturi.

Aku tahu pasti alice mengetahui apa yang kualami saat ini, terbukti dia kehilangan semangat bicaranya selama kami dalam perjalanan. Dia banyak diam dan hanya sesekali berbasa-basi dengan nessie.

Aku tak peduli aku hanya ingin segera menemui carlisle dan esme sekarang, hanya mereka yang kupunya untuk mengadu sekarang. Aku tak mungkin mengadu pada charlie, apalagi renee. Bisa-bisa charlie bersikeras untuk menembak edward saat itu juga, dan bukan tak mungkin malah charlie yang akan menjadi korbanya.

Aku tiba di rumah keluarga cullen, seperti biasa ibu mertuaku memang punya selera tinggi dalam hal menata rumah menjadi nampak sangat indah dan berkelas. Aku berlari memasuki rumah tanpa memedulikan nessie dan jake. Namun saat tiba diruang keluarga, terpampang foto itu, foto sialan, foto pernikahanku dengan edward. Kami nampak sangat bahagia disitu. Ironis bukan, mengingat apa yang kualami saat ini, vampir malang, bisiku mengasihani diri sendiri. Aku menggeram ingin mengoyak foto itu, namun kuurungkan, aku tak ingin nampak seperti monster dihadapan putriku.

I close my eyes And dream of you and I And then I realize There’s more to life than only bitterness and lies I close my eyes
Aku teringat dia lagi, teringat bulan madu kami di esme island, teringat saat aku berjuang melawan maut dengan mengandung renesmee dan mempertahankanya, dan puncaknya aku mencoba mengingat saat edward memberiku itu, memberikanku keabadiaan, tapi itu sekarang sia-sia. Keabadianku tak ada artinya tanpa dia.

I’d give away my soul To hold you once again And never let this promise end
Esme tiba-tiba saja telah ada disebelahku, memeluku penuh kasih, sebagaimana aku merasakan pelukan dari renee, tiba-tiba saja aku menyenandungkan lagu itu lagi

I’ll let you go I’ll let you fly Why do I keep on asking why I’ll let you go Now that I found A way to keep somehow More than a broken vow
Tiba-tiba saja aku sadar di ruangan ini semua keluargaku telah berkumpul, carlisle duduk di ujung sofa, dekat dengan renesmee yang di sebelah kirinya diapit oleh rosalie yang terus saja memeluknya erat-erat. Emmet berdiri di belakang sofa yang diduduki rosalie, tampak memikirkan sesuatu. Alice duduk di tangga seberang sofa, sementara jasper berdiri dekat di belakangku, tentu saja aku tahu apa yang dia lakukan. Dan jake, dimana jake?seakan mengerti, alice menjawab, dia sedang di dapur bella, seperti biasa, kelaparan.

“sayang, kau baik-baik saja?” tanya esme penuh khawatir, dan merengkuhku kembali ke dalam pelukanya.

“tentu dia tidak baik-baik saja esme, suaminya meninggalkanya” kali ini rosalie yang berkomentar dengan nada pedas. “kalau kutemukan dia, kubunuh dia, karena telah meninggalkan nessie-ku merana seperti ini”. 

Aku tahu rosalie memang sayang pada edward, tapi kalau menyangkut nessie, siapapun pasti dia lawan, tak peduli saudaranya sendiri.

“tenanglah rose” kali ini carlisle yang bicara “biarkan dia yang menceritakanya, dan kalau kau tidak keberatan anakku, maukah kau membawa nessie ke atas, bukankah kau baru saja membelikanya gaun-gaun baru” carlisle bicara lagi. Rosalie memberengut, tapi toh menurutinya juga.

“aku...edward...ah...edward...” perasaan sesak itu muncul lagi, demi kau tuhan, aku berpikir takkan pernah lagi merasakan kepedihan jika aku menjadi vampir, namun ternyata salah. Saat ini satu-satunya yang kuingin adalah aku bisa menangis dan berteriak histeris sekencang-kencangnya. Beban ini terlalu berat, aku tak kuat lagi.

“aku ingin mati carlisle, bunuh aku sekarang please” ucapku

Semua yang ada diruangan memandangku iba. Esme menguatkan pelukanya padaku, jika dia masih bisa menangis pasti tangisanya akan sama derasnya seperti aku

“jelaskan semuanya pada kami nak, kami bersumpah akan melakukan apapun untuk membawa edward kembali padamu bella” ah suara carlisle memang selalu mampu menenangkanku, ia memang sosok bapak yang sempurna, setidaknya bagi kami para vampir baru ini.

“kejadianya sejak 3 bulan lalu dad” dad?bisiku dalam hati, entah mungkin aku terlalu rindu pada charlie,kutepiskan dulu perasaan itu dan mulai melanjutkan cerita.

“3 bulan yang lalu edward pergi berburu seorang diri tanpa kami karena aku dan nessie harus mengunjungi charlie yang sakit. Sejak kembali dari perburuanya itu edward jadi berubah, dia jadi pendiam dan senang melamun, menjadi sedikit pemarah dan sering berburu atau pergi tanpa pamit kepada kami, hal itu terus berlangsung, sampai puncaknya 2 minggu yang lalu dia datang kerumah bersama seorang wanita, manusia” ralatku cepat-cepat.”dia mengambil sesuatu dari kamar, mencium nessie dengan cepat dan meminta maaf, lalu dia menyuruhku kembali kerumah charlie bila aku tak tahan lagi denganya, karena ia takkan kembali lagi, dan.... dan.....” aku tak kuat melanjutkan kalimatku jadilah aku hanya mampu duduk bersandar pada sebuah grand piano yang biasa dimainkan edward, hatiku sakit lagi. Aku sesak, tak bisa bernapas, bukan karena aku masih membutuhkan oksigen, tapi aku membutuhkan edward, dialah oksigenku sekarang.

aku hanya tertunduk, menutupi wajahku, sampai sebuah suara muncul “aku harus bertindak carlisle, aku harus mencari edward dan membawanya kesini, dia tidak boleh memperlakukan bella seperti ini” aku menegakan wajahku dan menyadari itu tadi suara emmet. “aku ikut bro” jasper yang kali ini menimpali.

Alice yang sedari tadi hanya diam tiba-tiba menimpali “jangan bodoh, aku tak suka rencana kalian, aku melihat sesuatu tentang edward, dia...dia juga merasa terluka meninggalkanmu bella”

Aku sangat terkejut setengah meloncat mendengar apa yang dikatakan oleh alice. “tapi jika memang dia merasa terluka, mengapa dia tak kembali alice?mengapa ia tak menemuiku lagi alice” teriaku tak mampu lagi menahan diri

“pikiranya kacau bella, baru sekarang aku lihat edward tak mampu memutuskan apa yang akan menjadi masa depanya, biasanya ia tak plin-plan seperti ini” alice menjawab dengan nada getir

Aku hanya mampu terkulai lemah kembali

“apakah dia akan kembali alice” tanya carlisle berusaha mencari sekecil apapun harapan bagiku

“tidak carlisle”jawab alice setengah berbisik


Aku hancur lagi  edward, olehmu, oleh sebuah janji yang patah.

Sam Steak PVJ

sedikit late post nih sebenernya, tapi gak apa apa sih mumpung masih keingetan di otak

ga inget lagi tanggal berapa pertama kali pergi ke sam steak ini, mungkin sekitar pertengahan bulan Mei, sambil nunggu pengumuman hasil kelompok KKN. sam steak ini lokasi nya di sky level PVJ, di sebelah Richeese Factory (dan kalau ga salah katanya masih satu manajemen dengan richeese).

pertama masuk lihat tempatnya cukup asik sih, ada gambar sapi besar terpampang di dinding dengan keterangan bagian-bagian daging dari sapi. suasana saat itu cukup ramai dengan deretan kursi-kursi hitam yang sebagian penuh. saya dan dua gadis kesayangan, andika dan yuni memilih duduk di dekat balkon walaupun hari hujan, dengan alasan tempat itu cukup sepi dan enak untuk berfoto hehehe.

yuni memesan makanan ke depan sambil membawa ketiga KTM kami. ya sebagai mahasiswa dengan kantong pas-pasan seperti kami, tentu adalah suatu kewajiban bagi kami mencari paket-paket student seperti ini. seporsi paket student di richeese ini dihargai 10 ribu rupiah saja (belum termasuk pajak loh ya). tapi dengan harga semurah itu, kualitas yang didapat sama sekali ga menggambarkan harga yang murah, alias kualitas nya gak murahan


seporsi paket student ini berisi satu daging yang sepertinya beef burger, french fries atau nasi (optional) sayuran ( wortel, buncis dan jagung). rasanya gak usah ditanya sih, ga keliatan banget kalau ini harganya cuma 10 ribu rupiah doang, asli gak boong.


gak lupa narsis sebelum nyuap :p


andika dan yuni

akang-akang, teteh-teteh dan ade-ade yang masih nyimpen kartu pelajar ataupun kartu mahasiswa nya ayo buruan dicoba paket nya, ga nyesel loh :)

COUNTDOWN TO KKN (H-6 CYIIIINNNN)

Sebagai mahasiswa semester enam atau tujuh di universitas pendidikan indonesia a.k.a UPI, sudah tentu jadi kewajiban untuk menjalani KKN atau kuliah kerja nyata sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat guna memenuhi Tri Dharma perguruan tinggi. Sebelum menjadI mahasiswa, saya tidak tahu banyak mengenai apa itu kkn, selain kkn adalah ajang untuk putus dari pacar karena cinlok dengan sesama mahasiswa atau anak pak Kades (cerita di ftv loh). Setelah menjadi mahasiswa pemahaman saya terhadap KKN menjadi sedikit berubah bahwa KKN adalah MKDU 2 SKS termahal dan terlama dan terribet dan ter lainya hehehe :D

Mengutip dari kicaukacaumahasiswa.wordpress.com KKN adalah praktek penerapan ilmu pengetahuan yang bersifat interdisipliner yang dilaksanakan oleh mahasiswa dan dikembangkan oleh universitas dan dilaksanakan dengan cara menempatkan mahasiswa dari suatu tingkat studi tertentu dalam kesatuan antar disiplin ilmu pengetahuan (interdisipliner) di daerah pedesaan yang meliputi sejumlah desa dalam waktu tertentu.

Seperti pada posting sebelumnya soal kegundahan saya karena semester enam akan segera berakhir (sekarang benar-benar telah berakhir) berarti mendekat juga pada waktu saya untuk melaksanakan kewajiban saya KKN. Dimulai sejak awal bulan Mei 2014 dengan mendaftar ke Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat, di tanggal 14 Mei 2014, saya dan seluruh mahasiswa UPI 2011 berebut untuk mendapatkan lokasi KKN yang tersebar di tujuh kota dan kabupaten di wilayah Jawa Barat, tidak perlu diceritakan nampaknya, intinya setelah nangis-nangis dan sempat bertengkar dengan pacar gara-gara masalah lokasi KKN, akhirnya sampailah saya di Desa Margaasih, Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung.

Singkat cerita petualangan sebagai peserta KKN pun dimulai dengan saling sms satu sama lain, basa basi untuk melanjutkan pada tahap kopdar agar tidak terus bertanya-tanya seperti apa tampang temen-temen yang bakal jadi teman hidup selama 40 hari di desa orang (dan berharap ada satu aja yang bening buat jadi obat mata selama KKN, dan udah nemu obat itu, pacar tersayang :*). Pertama kopdar tentu aja rasa canggung, bingung mau ngobrol apa, berusaha menebak-nebak karakter temen-temen daaaaan seterusnya sampe ga sadar kalo pertemuan pertama aja menghabiskan waktu hampir 3 jam hahaha.

Hari demi hari, minggu demi minggu semakin mendekati akhir Juni 2014, semakin intenslah hubungan kami bersebelas diantara kesibukan masing-masing. Survey pertama kali dibikin kaget setengah mati sama kondisi desa, namun survey kedua sudah lebih legowo dan berusaha ikhlas ngeliat warganya yang ramah-ramah.

Malam ini, 16 Juni 2014 tepat enam hari sebelum hari yang telah disepakati oleh kelompok untuk mulai perjuangan kami sebagai mahasiswa terjun di lapangan. Packing barang sudah selesai, packing hati juga selesai dititipkan sama pacar hanya packing dompet saja yang nampaknya susah sekali direalisasikan :’((


peralatan dapur siaaaap dibawa menuju cicalengka



bekel 40 hari :)


Ahahaha selamat datang KKN....
selamat jadi keluarga besar saudara-saudara baruku
refi, erzan, bella, yusi, lilim, adhi, raisa, awan, rosi, firman :)


Minggu, 15 Juni 2014

AKU DAN PILIHANKU

 Menjelang debat Capres yang kedua, malam ini 15 Juni 2014


 Seperti biasa, saat santai saya duduk di hadapan laptop ditemani secangkir susu jahe. Membaca berbagai berita di internet yang semuanya melulu soal pemilihan presiden 9 Juli 2014. Saya yang tak begitu paham politik, seketika menjadi sangat tertarik membaca berbagai berita dengan judul headline yang sangat “bombastis” yang tak kadang membuat kecewa karena konten berita sangat jauh dengan judulnya.
            
Seperti yang selalu menjadi slogan, bahwa pemilihan presiden ini merupakan ‘pesta akbar’ bagi rakyat indonesia. Bagaimana tidak? Seketika obrolan politik tidak hanya menjadi dominasi kaum intelek ahli politik maupun komunikasi dengan titel yang berderet. Hampir di setiap sudut, di warung makan, supir kendaraan umum, bahkan di warung kopi, semua orang asyik berdiskusi mengenai capres idola masing-masing.
           
Saya pun tak mau ketinggalan, sebagai mahasiswa tentu terkadang saya terlibat diskusi mengenai politik baik  diskusi dalam mata kuliah ataupun sambil jajan-jajan cantik di sudut-sudut kampus. Perbedaan antara saya dan teman-teman dalam berdiskusi tak sampai menimbulkan masalah pribadi diantara kami, bahkan terkadang diakhiri dengan tertawa bersama. Tapi, apakah kondisi yang sama juga dapat terjadi di lapisan masyarakat lainya yang (maaf) mungkin berpendidikan tidak terlampau tinggi. Sedikti mengernyitkan kening saat saya membaca berita mengenai dua orang tukang becak yang berkelahi setelah membela capres idola nya masing-masing.
            
Tema debat capres malam ini mengenai “Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial” pasti akan menarik. Capres nomor 1 yang walaupun tidak pernah terlibat langsung dalam lingkaran kebijakan dalam pembangunan ekonomi dan kesejahtraan sosial, tapi bukan berarti tidak memiliki pengalaman langsung dengan ekonomi rakyat, salah satunya dengan menjadi ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. Capres nomor 2 tentu sudah jelas 2 periode menjadi walikota Solo, beliau pasti mengerti bagaimana pembangunan ekonomi dan kesejahtraan sosial.
           
Sekali lagi saya seorang yang awam politik, minim pengetahuan tentang masing-masing calon presiden, karena berbagai berita yang muncul di media, sulit sekali untuk mempercayainya sebagai sesuatu yang bersifat objektif, tanpa secara diam-diam atau malah secara terbuka mendukung salah satu calon. Sehingga ketika ditanya siapa capres idola, saya hanya mampu tersenyum dan menggelengkan kepala tanda tidak tahu.
           
Tapi hari ini tanggal 15 Juni, 24 hari lagi menuju pesta akbar rakyat tersebut, mau tidak mau saya pun harus berpusing-pusing ria menganalisis masing-masing calon yang merupakan putra-putra terbaik bangsa ini, karena tidak mungkin saya memilih dua-dua nya (walaupun sebenarnya sangat ingin), tapi lebih tidak mungkin lagi bagi saya untuk tidak memilih keduanya, karena saya yakin suara saya berpengaruh bagi perubahan bangsa ini.
           
Bicara soal tokoh favorit, tak usah diragukan lagi bahwa saya adalah pengagum seorang Jusuf Kalla, integritas, ketegasan dan sisi humanis beliau membuat saya ngotot memilih beliau dalam pertarungan capres 2009 (namun akhirnya kalah). Bukan tanpa alasan saya jatuh hati sama beliau, inovasi-inovasi selama beliau menjadi wapres periode 2004-2009, keberhasilan perjanjian malino II hingga perjanjian helsinki yang berhasil mengembalikan aceh ke tangan ibu pertiwi adalah berbagai keberhasilan beliau selama menjabat sebagai wakil presiden. Perpaduan SBY dan JK menurut saya adalah komposisi tepat pembangun bangsa, SBY yang seorang planner dan JK yang lebih banyak aksi.

Namun entah mengapa pada pilpres tahun ini rasanya saya kehilangan minat untuk memilih beliau, ya jujur saya kecewa mengapa beliau hanya menjadi wakil bagi sosok calon Joko Widodo. Saya bukan antipati terhadap sosok capres satu ini, ketika beliau menjabat sebagai walikota solo, saya sangat terkagum-kagum akan kehebatan beliau membatasi jumlah pasar modern dan merevitalisasi pasar-pasar tradisonal, sebuah kebijakan yang sangat “merakyat” dan tidak semua pemimpin mampu melawan kekuatan kapitalisme. Saya pun mendukung saat beliau mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta, karena bagi saya kehebatan beliau sudah saatnya ditunjukan pada lingkup yang lebih luas, ibukota negara ini. Tapi lagi-lagi saya harus menelan kekecewaan saat beliau yang baru dua tahun menjabat sebagai orang nomor satu akhirnya memilih juga untuk nyapres, mbok ya kelihatan seperti yang sangat berambisi dan tidak mampu menjaga amanah rakyat yang telah memilihnya. Padahal sebagai seorang muslim, adalah kewajiban baginya menjaga amanah.

Prabowo subianto, adalah sosok yang mungkin baru muncul lagi di panggung perpolitikan indonesia, setelah 16 tahun semedi dalam perenunganya. Saya tidak banyak mengenal sosok beliau, karena semenjak tahun 1998 dimana saat itu saya masih seorang bocah ingusan yang ikut garuk-garuk kepala kebingungan saat indonesia khususnya dilanda chaos  dan presiden Soeharto akhirnya mengundurkan diri, keluarga saya banyak membincangkan prabowo dengan percakapan yang tidak dimengerti saya yang berumur 8 tahun. Mengutip kata Jusuf Kalla bahwa semua orang memiliki dosa sosial di masa lalu, seharusnya itu pun berlaku pada sosok ini, masihkah adil baginya untuk terus membicarakan kasus 1998, sementara KPU sendiri meloloskan beliau sebagai calon presiden? Apakah ini berarti kita meragukan kinerja KPU?.

Hatta Rajasa sebagai wakil Prabowo pun sebenarnya tidak terlampau banyak saya ketahui, kecuali saat putri cantiknya diambil menantu oleh SBY dan kejadian si bungsu dan kecelakaan yang banyak menguras perhatian masyarakat, walaupun akhir dari kasus tersebut tidak diungkap secara jelas ke media. Tapi Hatta juga adalah seorang ekonom yang hebat, sebab jika tidak mana mungkin beliau menjadi menteri koordinator bidang perekonomian (kecuali jika ada alasan yang lain hehehe :p)

Maaf bagi siapapun yang membaca dan merasa tidak setuju dengan tulisan saya ini. Tulisan ini lahir benar-benar hasil kegundahan saya yang masih belum mempunyai capres pilihan sampai saat ini, dan semoga waktu 24 hari ini cukup bagi saya untuk menentukan the right one diantara dua calon tersebut.

Kamis, 29 Mei 2014

Tuhan bersama mahasiswa semester enam : sebuah refleksi akhir semester

seringnya sih mendengar orang berkata "Tuhan bersama mahasiswa tingkat akhir". namun karena saya belum berpengalaman menjadi mahasiswa tingkat akhir, maka sedikit saya ubah menjadi "Tuhan bersama mahasiswa semester enam boleh lah ya :D
lima semester ke belakang mungkin terlalu dimanjakan dosen dengan kuliah yang hanya datang duduk diam dan absen, sedikit cuap-cuap saat diskusi dan belajar kebut semalam menjelang ujian menjadi hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan akademis saya. toh saya berhasil mempertahankan ipk tak pernah tergeser dari 3,60
menginjak semester enam, bertemu beberapa dosen yang dianggap cukup "killer" dalam beberapa mata kuliah, saya dan teman-teman sekelas pada umumnya merasa "ditampar" keras-keras oleh perubahan yang mau tak mau harus kami lakukan demi memenuhi tuntutan beliau-beliau yang rasanya sulit sekali dipuaskan. tugas kelompok yang rasanya tanpa akhir, proposal yang menuntut untuk jadi pelanggan setia perpustakaan, hingga rpp yang menuntut terampil memadankan kata berbagai peristiwa menjadi peristiwa-peristiwa.
empat bulan ini terasa sekali "push to the maximum" nya sebagai mahasiswa pendidikan IPS. sedikit berlebihan boleh kan jika saya bilang selama semester ini lupa rasanya ke mall, bahkan sekedar duduk dan jajan es krim :/ . pushment dari dosen kian bertambah menjelang akhir semester, terutama saat semua dosen kompak memberikan tugas akhir dan kompak juga memberikan tenggang waktu yang sama di awal bulan juni. oh my god awal juni berasa jadi waktu yang paling tidak ingin ditemui.
namun, saat satu persatu tugas tersebut akhirnya berhasil ditaklukan, diantara lamunan dan renungan, sempat terpikir bahwa saya akan merindukan masa-masa ini. masa rela untuk tidak tidur karena tugas deadline besok, masa menahan teman untuk tidak pulang kampung demi tugas kelompok, masa bertengkar dengan pacar hanya karena dianggap terlalu sibuk dengan tugas. 
sadar atau tidak, semester ini akan diakhiri dengan "liburan 40 hari" bersama teman teman baru di suatu tempat nun jauh di kabupaten bandung sana (tempatnya benar-benar jauh). setelah itu rasanya satu semster bergelut dengan proposal "nyata" yang akan menjadi bekal hidup dan mati kami mengakhiri pendidikan di kampus ini, dan masih ada sisa satu semester lagi untuk benar-benar terjun ke sekolah sebagai guru praktikan. ah rasanya enam semester ini berlalu terlalu cepat. rasanya baru kemarin berseragam putih hitam dengan rambut kuncir yang hobi bergerombol kesana kemari (bahkan ke toilet sekalipun), ber "haha hihi" di setiap penjuru kampus, berfoto di tempat-tempat yang rasanya icon kampus, terkadang malu sendiri mengingat masa-masa menjadi maru itu.
ah bapak dan ibu dosen, jika saja dari awal saya sadar bahwa saat menempuh semester enam ini saya hanya memiliki sisa dua semester lagi disini, ingin rasanya saya meminta "ditampar" lebih keras sejak awal oleh tugas-tugas yang seperti ini pak, bu tapi ah ya sudahlah sekarang ini saya hanya berharap Tuhan bersama mahasiswa semester enam.

Bandung, 29 Mei 2014
diantara tumpukan kertas, tinta dan segelas coklat panas