Minggu, 15 Juni 2014

AKU DAN PILIHANKU

 Menjelang debat Capres yang kedua, malam ini 15 Juni 2014


 Seperti biasa, saat santai saya duduk di hadapan laptop ditemani secangkir susu jahe. Membaca berbagai berita di internet yang semuanya melulu soal pemilihan presiden 9 Juli 2014. Saya yang tak begitu paham politik, seketika menjadi sangat tertarik membaca berbagai berita dengan judul headline yang sangat “bombastis” yang tak kadang membuat kecewa karena konten berita sangat jauh dengan judulnya.
            
Seperti yang selalu menjadi slogan, bahwa pemilihan presiden ini merupakan ‘pesta akbar’ bagi rakyat indonesia. Bagaimana tidak? Seketika obrolan politik tidak hanya menjadi dominasi kaum intelek ahli politik maupun komunikasi dengan titel yang berderet. Hampir di setiap sudut, di warung makan, supir kendaraan umum, bahkan di warung kopi, semua orang asyik berdiskusi mengenai capres idola masing-masing.
           
Saya pun tak mau ketinggalan, sebagai mahasiswa tentu terkadang saya terlibat diskusi mengenai politik baik  diskusi dalam mata kuliah ataupun sambil jajan-jajan cantik di sudut-sudut kampus. Perbedaan antara saya dan teman-teman dalam berdiskusi tak sampai menimbulkan masalah pribadi diantara kami, bahkan terkadang diakhiri dengan tertawa bersama. Tapi, apakah kondisi yang sama juga dapat terjadi di lapisan masyarakat lainya yang (maaf) mungkin berpendidikan tidak terlampau tinggi. Sedikti mengernyitkan kening saat saya membaca berita mengenai dua orang tukang becak yang berkelahi setelah membela capres idola nya masing-masing.
            
Tema debat capres malam ini mengenai “Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial” pasti akan menarik. Capres nomor 1 yang walaupun tidak pernah terlibat langsung dalam lingkaran kebijakan dalam pembangunan ekonomi dan kesejahtraan sosial, tapi bukan berarti tidak memiliki pengalaman langsung dengan ekonomi rakyat, salah satunya dengan menjadi ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. Capres nomor 2 tentu sudah jelas 2 periode menjadi walikota Solo, beliau pasti mengerti bagaimana pembangunan ekonomi dan kesejahtraan sosial.
           
Sekali lagi saya seorang yang awam politik, minim pengetahuan tentang masing-masing calon presiden, karena berbagai berita yang muncul di media, sulit sekali untuk mempercayainya sebagai sesuatu yang bersifat objektif, tanpa secara diam-diam atau malah secara terbuka mendukung salah satu calon. Sehingga ketika ditanya siapa capres idola, saya hanya mampu tersenyum dan menggelengkan kepala tanda tidak tahu.
           
Tapi hari ini tanggal 15 Juni, 24 hari lagi menuju pesta akbar rakyat tersebut, mau tidak mau saya pun harus berpusing-pusing ria menganalisis masing-masing calon yang merupakan putra-putra terbaik bangsa ini, karena tidak mungkin saya memilih dua-dua nya (walaupun sebenarnya sangat ingin), tapi lebih tidak mungkin lagi bagi saya untuk tidak memilih keduanya, karena saya yakin suara saya berpengaruh bagi perubahan bangsa ini.
           
Bicara soal tokoh favorit, tak usah diragukan lagi bahwa saya adalah pengagum seorang Jusuf Kalla, integritas, ketegasan dan sisi humanis beliau membuat saya ngotot memilih beliau dalam pertarungan capres 2009 (namun akhirnya kalah). Bukan tanpa alasan saya jatuh hati sama beliau, inovasi-inovasi selama beliau menjadi wapres periode 2004-2009, keberhasilan perjanjian malino II hingga perjanjian helsinki yang berhasil mengembalikan aceh ke tangan ibu pertiwi adalah berbagai keberhasilan beliau selama menjabat sebagai wakil presiden. Perpaduan SBY dan JK menurut saya adalah komposisi tepat pembangun bangsa, SBY yang seorang planner dan JK yang lebih banyak aksi.

Namun entah mengapa pada pilpres tahun ini rasanya saya kehilangan minat untuk memilih beliau, ya jujur saya kecewa mengapa beliau hanya menjadi wakil bagi sosok calon Joko Widodo. Saya bukan antipati terhadap sosok capres satu ini, ketika beliau menjabat sebagai walikota solo, saya sangat terkagum-kagum akan kehebatan beliau membatasi jumlah pasar modern dan merevitalisasi pasar-pasar tradisonal, sebuah kebijakan yang sangat “merakyat” dan tidak semua pemimpin mampu melawan kekuatan kapitalisme. Saya pun mendukung saat beliau mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta, karena bagi saya kehebatan beliau sudah saatnya ditunjukan pada lingkup yang lebih luas, ibukota negara ini. Tapi lagi-lagi saya harus menelan kekecewaan saat beliau yang baru dua tahun menjabat sebagai orang nomor satu akhirnya memilih juga untuk nyapres, mbok ya kelihatan seperti yang sangat berambisi dan tidak mampu menjaga amanah rakyat yang telah memilihnya. Padahal sebagai seorang muslim, adalah kewajiban baginya menjaga amanah.

Prabowo subianto, adalah sosok yang mungkin baru muncul lagi di panggung perpolitikan indonesia, setelah 16 tahun semedi dalam perenunganya. Saya tidak banyak mengenal sosok beliau, karena semenjak tahun 1998 dimana saat itu saya masih seorang bocah ingusan yang ikut garuk-garuk kepala kebingungan saat indonesia khususnya dilanda chaos  dan presiden Soeharto akhirnya mengundurkan diri, keluarga saya banyak membincangkan prabowo dengan percakapan yang tidak dimengerti saya yang berumur 8 tahun. Mengutip kata Jusuf Kalla bahwa semua orang memiliki dosa sosial di masa lalu, seharusnya itu pun berlaku pada sosok ini, masihkah adil baginya untuk terus membicarakan kasus 1998, sementara KPU sendiri meloloskan beliau sebagai calon presiden? Apakah ini berarti kita meragukan kinerja KPU?.

Hatta Rajasa sebagai wakil Prabowo pun sebenarnya tidak terlampau banyak saya ketahui, kecuali saat putri cantiknya diambil menantu oleh SBY dan kejadian si bungsu dan kecelakaan yang banyak menguras perhatian masyarakat, walaupun akhir dari kasus tersebut tidak diungkap secara jelas ke media. Tapi Hatta juga adalah seorang ekonom yang hebat, sebab jika tidak mana mungkin beliau menjadi menteri koordinator bidang perekonomian (kecuali jika ada alasan yang lain hehehe :p)

Maaf bagi siapapun yang membaca dan merasa tidak setuju dengan tulisan saya ini. Tulisan ini lahir benar-benar hasil kegundahan saya yang masih belum mempunyai capres pilihan sampai saat ini, dan semoga waktu 24 hari ini cukup bagi saya untuk menentukan the right one diantara dua calon tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar