BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Manusia,
sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang dilengkapi dengan anugerah
akal, pikiran dan perasaan guna menjalankan kehidupanya di dunia ini. Dan
seiring dengan berbagai perkembangan, kemampuan manusia pun turut bertambah dan
berkembang terutama dengan hadirnya perangkat teknologi yang sekarang ini
seakan sudah sangat menyatu dan tak dapat dilepaskan lagi dari berbagai aspek
kehidupan manusia-manusia modern ini.
Namun
tak selamanya penciptaan dan pemanfaatan teknologi yang ada itu menghasilkan
sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi manusia itu sendiri. Terkadang di tangan
orang-orang yang kurang atau tidak tepat, teknologi yang manusia ciptakan ini
malah menimbulkan boomerang effect
bagi manusia itu sendiri, seperti kerusakan atau gangguan baik bagi manusia itu
sendiri secara langsung, ataupun gangguan dan kerusakan terhadap alam yang
cepat atau lambat pun akan berdampak bagi kehidupan manusia juga.
Oleh
karena itu, adalah suatu keharusan untuk membina manusia-manusia sekarang ini
tidak hanya untuk mengembangkan dan menguasai teknologi semata, namun peran
agama yang tercermin dalam istilah “iman dan taqwa” pun sangat penting untuk
dikembangkan beriringan dengan penguasaan teknologi pada manusia. Agar dapat
menjadi penyeimbang antara kebutuhan duniawi dan juga kebutuhan rohani. Karena
pribadi-pribadi yang berkualitas itu dapat tercermin melalui pribadi-pribadi
yang dapat menyeimbangkan antara kebutuhan duniawi dan rohani mereka secara
seimbang, dan berujung pada meningkatnya pula kualitas hidup mereka.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam setiap
penulisan maupun penyusunan sebuah makalah, pasti tidak terlepas dari satu
ataupun beberapa permasalahan. Dalam makalah ini, beberapa permasalahan yang
akan diangkat oleh kelompok kami diantaranya adalah:
a. Apakah
ciri-ciri dari manusia modern?.
b. Bagaimanakah
kondisi riil sumber daya manusia Indonesia?.
c. Bagaimanakah
cara mengembangkan pembinaan sumber daya manusia agar sejalan dengan imtak dan
iptek?.
1.1
Tujuan
Penulisan Makalah
Setelah
merumuskan permasalahan-permasalahan yang menjadi dasar dari penyusunan makalah
ini, makalah ini pun memiliki tujuan yang mempunyai keterkaitan dengan
masalah-masalah yang telah dirumuskan, diantaranya:
a. Untuk
mengetahui apa sajakah ciri-ciri dari manusia modern.
b. Untuk
memahami kondisi riil sumber daya manusia Indonesia.
c. Untuk
mengetahui cara mengembangkan pembinaan sumber daya manusia agar sejalan dengan
imtak dan iptek
BAB
II
PEMBAHASAN
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, karangan W.J.S Poerwadarminta, modern merupakan
suatu keadaan baru, yang terbaru, atau sesuatu yang mutakhir. Ada banyak hal di
dunia ini yang berupa ketidak pastian, dan salah satunya adalah istilah modern,
dan bagaimana seseorang, ataupun sekelompok orang dapat didefinisikan sebagai
orang-orang yang “modern”. Karena seiring dengan berjalanya waktu pemaknaan
dari modern ini acapkali mengalami pergeseran batas-batas. Seperti misalkan
kita yang saat ini telah merasa modern, tentu saja karena pembandingnya adalah
orang-orang yang datang dari waktu atau zaman sebelum kita dengan segala
keterbatasan kemampuan yang berkembang pada saat itu. dan bukan sebuah
kemustahilan jika 20, 50, atau bahkan 200 tahun yang akan datang, kita lah yang
akan dianggap sebagai sesuatu yang kuno ataupun tidak modern oleh generasi
modern saat itu.
2.1
Ciri
– Ciri Manusia Modern
Berangkat dari
pernyataan di atas, ada beberapa pendapat para tokoh mengenai ciri-ciri manusia
modern, salah satunya adalah yang dikemukakan oleh Alex Inkeles, yaitu:
a) Memiliki
sikap hidup untuk menerima hal-hal yang baru dan terbuka untuk perubahan.
b) Memiliki
keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkunganya sendiri
atau kejadian yang terjadi jauh diluar lingkunganya serta dapat bersikap demokratis.
c) Menghargai
waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan dari pada ke masa lalu.
d) Memiliki
perencanaan dan pengorganisasian.
e) Percaya
diri.
f) Perhitungan.
g) Menghargai
harkat hidup manusia lain.
h) Percaya
pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
i)
Menjunjung tinggi suatu
sikap dimana imbalan yang diterima seseorang haruslah sesuai dengan prestasinya
dalam masyarakat.
Ciri-ciri manusia
modern menurut Soerjono soekanto:
a) Manusia
modern adalah orang yang bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru
maupun penemuan-penemuan baru.
b) Manusia
modern senantiasa siap untuk menerima perubahan-perubahan setelah ia menilai
kekurangan-kekurangan yang dihadapinya saat itu.
c) Manusia
modern mempunyai kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi sekitarnya dan
mempunyai kesadaran bahwa masalah-masalah tersebut berkaitan dengan dirinya.
d) Manusia
modern senantiasa mempunyai informasi yang lengkap mengenai pendirianya.
e) Manusia
modern lebih banyak berorientasi ke masa kini dan masa mendatang.
f) Manusia
modern senantiasa harus menyadari potensi-potensi yang ada pada dirinya dan
yakin bahwa potensi tersebut akan dapat dikembangkan.
g) Manusia
modern adalah manusia yang peka akan perencanaan.
h) Manusia
modern tidak pasrah pada nasib.
i)
Manusia modern percaya
pada keampuhan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam meningkatkan
kesejahtraan umat manusia.
j)
Manusia modern
menyadari dan menghormati hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta kehormatan
pihak lain.
Perubahan
individu ataupun suatu masyarakat dari tidak modern menuju ke arah yang lebih
modern diantaranya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
bertambahnya tingginya tingkat pendidikan dan pengetahuan yang akan berdampak
langsung kepada penemuan-penemuan yang menghasilkan teknologi-teknologi terbaru
yang dapat semakin memudahkan kehidupan manusia. Tingkat pendapatan dan taraf
hidup, semakin tinggi pendapatan seseorang, maka mereka merasa semakin modern
dikarenakan kemudahan mereka mengakses segala hal jika batasan dari kemodernan
seseorang adalah penguasaan teknologi, dan yang terakhir adalah adanya
pergeseran minat.
2.2 Kondisi Riil Sumber Daya Manusia Indonesia
Sumber daya manusia
(SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana
menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing
tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Dalam kaitan
tersebut setidak nya ada dua hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia,
yaitu:
Pertama adanya
ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dengan angkatan kerja. Jumlah
angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73
juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta
orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka. Angka ini meningkat
terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.
Kedua, tingkat
pendidikan angkatan kerja masih yang ada masih relatif rendah. Struktur
pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar yaitu
sekitar 63,2%. Kedua masalah tersebut menunjukan bahwa ada kelangkaan
kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional
diberbagai sektor ekonomi.
Lesunya dunia usaha
akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan
rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara
disisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat.
Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan
tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini
menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.
Masalah SDM inilah yang
menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh
produktivitas tenaga kerja yang memadai. Keterpurukan ekonomi nasional yang
berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari
rendahnya kualitas SDM dalam menghadapi persaingan ekonomi global. Rendahnya
alokasi APBN untuk sektor pendidikan tidak lebih dari 12% pada pemerintahan di
era reformasi. Ini menunjukan bahwa belum ada perhatian serius dari pemerintah
pusat terhadap perbaikan kualitas SDM. Padahal sudah saatnya pemerintah baik
tingkat pusat maupun daerah secara serius membangun SDM yang berkualitas.
Sekarang bukan saatnya bagi Indonesia membangun perekonomian dengan kekuatan
asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat
memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai
kekuatan dalam membangun perekonomian nasional.
Bangsa Indonesia sebagai Negara
yang kaya akan SDA, memiliki potensi wilayah yang strategis, sebagai Negara
kepulauan dengan luas laut 2/3 dari luas total wilayah: namun tidak mampu
mengembalikan manfaat sumber kekayaan yang dimiliki kepada rakyat. Hal ini
karena strategi pembangunan yang diciptakan tidak membangkitkan local genius.
Yang terjadi adalah sumber kekayaan alam Indonesia semakin dikuasai oleh asing.
Sebab meskipun andai kata bangsa ini juga telah mampu mencipatakan SDM yang
berkualitas terhadap semua level IPTEK, namun apabila kebijakan ekonomi yang
diciptakan tidak berbasis pada sumberdaya yang dimiliki maka ketergantungan
keluar akan tetap berlanjut dan semakin dalam.
Oleh karena itu harus ada
proses pembangunan yang mampu mendorong terbentuknya berbabagai keahlian yang
bisa mengolah SDA dan bisa semakin memandirikan struktur ekonomi bangsa. Dengan
demikian harapannya akan tercipta SDM yang mampu memperjuangkan kebutuhan dan
penguatan masyarakat local. Karena untuk apa SDM diciptakan kalau hanya untuk
dijadikan perpanjangan sistem kapitalisme global dengan mengorbankan
kepentingan local dan nasional.
2.3
Pembinaan Sumber Daya Manusia (menjadi pribadi yang utuh dan sesuai dengan
imtaq dan iptek
Dewasa
ini, dimana kemajuan pikiran manusia menghasilkan teknologi yang semakin maju,
termasuk dalam pengolahan sumber daya alam, sebagai sumber bagi kehidupan
manusia itu sendiri. Tak heran dimana setiap negara, setiap bangsa, bahkan
setiap manusia itu sendiri saling berlomba-lomba untuk menjadi yang termaju,
terdepan, dan terbaik agar mereka dapat beradaptasi dengan baik dengan
persaingan yang memang menjadi ciri masyarakat global saat ini. Semua berusaha
menggali dan mengasah kemampuan dalam diri masing-masing. Dimana pada akhirnya
sumber daya-sumber daya dari dalam manusia itu sendiri dapat membawa mereka
menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih maju lagi.
Kemampuan
dan kemajuan teknologi merupakan ciri penting dari kehidupan manusia saat ini.
Setiap orang, dan setiap negara masing-masing saling berlomba untuk menciptakan
pengetahuan-pengetahuan dan teknologi-teknologi terbaru yang dapat memudahkan
hidup manusia. Tak sedikit orang yang menghabiskan banyak waktu untuk meneliti
dan menghasilkan penemuan-penemuan baru. Karena apa?karena bisnis di dunia
teknologi saat ini memang dipandang sebagai sesuatu yang saat menguntungkan.
Hampir seluruh manusia di dunia ini, dalam keseharianya tak pernah lepas dari
sesuatu yang bernama teknologi. Selain sebagai alat bantu untuk memudahkan
hidup mereka, saat ini teknologi pun teelah dianggap sebagai bagian dari gaya
hidup masyarakat dunia. Berbagai teknologi-teknologi yang terus diperbaharui,
tidak lagi berbentuk evolusi yang membutuhkan waktu berpuluh hingga beratus
tahun untuk diperbaharui, kini hitunganya hanya memerlukan tahun, bulan bahkan
minggu.
Sesuai
dengan tema yang dituliskan diatas, dimana kemajuan dan penggunaan teknologi
yang sudah tak dapat dibendung lagi, semua orang menghabiskan banyak waktunya
dengan gadget atau bentuk-bentuk teknologi lainya, maka diperlukanlah sebuah
pembinaan menuju manusia-manusia dengan sumber daya yang utuh, melalui
pembinaan yang seimbang antara imtaq dan iptek, agar tak lagi kita temukan
manusia-manusia yang terlalu mempertuhankan kemajuan pengetahuan dan teknologi,
seperti yang sekarang ini sedang marak, bahwa segala hal di dunia ini pasti
dapat dijelaskan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu
yang paling menghebohkan akhir-akhir ini adalah adanya penemuan partikel Tuhan,
yang kami anggap sesuatu yang bertentangan dengan dasar konsep agama dan
ketuhanan yang menurut kami hanya perlu diyakini dan dipercayai tanpa perlu
mengkaji semuanya atas dasar rasionalitas.
Maka
dari itu, pembinaan keimanan dan ketaqwaan manusia memang sangat mutlak
diperlukan untuk mengimbangi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Terdapat berbagai upaya untuk
melakukan pembinaan guna menjadikan manusia sebagai
pribadi-pribadi yang utuh, salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan dianggap
sebagai metode paling efektif untuk membentuk karakter-karakter manusia.
Pendidikan ini dapat berupa pendidikan karakter yang memang saat ini sedang
marak, maupun pendidikan berbasis nilai-nilai keagamaan. Dengan pendidikan ini,
manusia diharapkan mampu dengan bijak untuk menyeimbangkan kedua aspek ini,
agar terciptanya sebuah pribadi yang utuh dan selaras guna menghadapi tantangan
global saat ini. Ketidakseimbangan diantara komposisi ketertarikan diantara
keduanya tentulah berdampak sangat tidak baik bagi individu atau manusia itu
sendiri. Seperti conteh dikenalnya istilah sekuler, atau orang-orang yang
cenderung menitik beratkan pada kehidupan duniawi. Bagi mereka tidak ada hal di
dunia ini yang tidak dapat dijelaskan oleh nalar dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain kefanatikan pada keimanan dan ketaqwaan
yang membuat seseorang cenderung menjauhi kehidupan duniawai pun dianggap
kurang baik, karena terkadang mereka yang menjauhi kehidupan duniawai, kurang
dapat menerima perkembangan teknologi, yang terkadang dianggap menyalahi kodrat
ketuhanan. Menjauhi penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi pun sejatinya
kurang baik, karena hal itu telah sangat membantu kehidupan manusia saat ini.
Jadi penyeimbangan kebutuhan antara keduanya sangatlah diperlukan guna
terciptanya manusia-manusia berkualitas yang siap menyongsong masa depan yang
lebih baik.
2.4
Contoh Kasus
Persoalan
yang sering dibicarakan sebagai suatu masalah yang controversial yaitu mengenai
netral dan tidaknya ilmu pengetahuan yang kita sebut dengan sains itu. Jika
kata-kata "sains" didefinisikan sebagai himpunan rasionalitas
kolektif insani,yakni: himpunan pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh
sebagai konsesus para pakar, pada penyimpulan secara rasional mengenai
hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data-data pengukuran yang diperoleh
dari observasi apda gejala-gejala alam, maka kiranya hal ini cukup jelas.
Selanjutnya kita dapat mendefinisikan "teknologi" sebagai himpunan
pengetahuan terapan manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang
diperoleh dari penerapan sains, dalam kegiatan yang produktif ekonomis.
Orang yang mengatakan bahwa sains dan teknologi bersifat netral akan mengatakan
bahwa sesungguhnya teori reaksi kimiawi itu baik ketika digunakan untuk
kebaikan umat manusia namun akan menjadi jelek ketika dipegang orang yang yang
tidak baik semisal digunkan untuk membuat bom pemusnah masal. Jadi dianggaplah
sains dan teknologi tinggal siapa yang mengendalikan.
Pada akhir tahun 1960-an consensus para ilmuwan mengakui bahwa alam tercipta
sekitar 15 milyar tahun yang lalu; tetapi kelanggenganya diusahakan beberapa
pakar dengan berbagai cara untuk diakui secara consensus. Ada beberapa pakar
kosmologi yang mencoba memutar kembali perkembangan sains menuju arah
pengingkaran penciptaan alam semesta oleh Tuhan seru sekalian alam. Dengan
mengatakan bahwa keberdaan alam adalah karena kebetulan saja. Unsure
"kebetulan" inilah yang dipergunakan juga oleh para pakar biologi
untuk mengingkari penciptaan makhluk hidup oleh Tuhan sang pencipta. Mereka
menguraikan mulai terbentuknya DNA dari molekul-molekul, sampai pembentukan
gen-gen dan kromosom, serta evolusinya menjadi berbagai bentuk semuanya
dianggap kebetulan tanpa ada Tuhan dibalik semua itu, menyebut nama Allah
menjadi tabu dalam teori ini, lalu netralkah ilmu biologi?
Dari uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa biologi, fisika, kimia dan
sains pada umumnya tidak dapat dikatakan netral, melainkan mengandung nilai
yang menyusup melalui konsensus para pakar yang mengembangkannya. Ia sarat
dengan nilai-nilai kebudayaan mereka, dan karena sains telah sejak lama jatuh
ke tangan orang Eropa yang mempunyai kebudayaan lain, perkembangan sains dan
teknologi selama lima abad berada dalam lingkungan tidak Islami. Orang-orang
itu membatasi sains dengan mengatakan bahwa apa yang tidak dapat di inderakan
atau dideteksi keberadaanya dengan alat tidaklah ada.(Baiquni, 1996:63)
Pengembangan iptek yang sejalan dengan nilai-nilai Islam akan mendidik manusia
yang meiliki otak brilian secara akal atau logika namun tetap memiliki hati
yang bersih sadar akan kebesaran Allah dibalik semua itu sehingga para saintis meMahami
tujuan pencipataan mahluk dan alam ini dengan tidak merusak atau
mengeksploitisir secara berlebihan karena ini bertentangan dengan syari'at
Islam. Memegang teguh etika dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
iman dan taqwa terintergasi dalam proses tafakkur (pemikiran), dan pengembangan
iptek sehingga hasil yang diperoleh sejalan dengan nilai-nilai agama.
Manusia akan mengambil manfaat iptek yang telah dikemas dengan nilai-nilai yang
bersumber dari ketuhanan dan juga kemanusiaan akan menciptakan insan yang
memiliki kedalaman spiritual, ketinggian akhlaq, keluasan ilmu pengetahuan, dan
profesional di bidangnya yang disebut dengan beramal ibadah yang efektif,
perpaduan fikir dan dzikir (insan ulul albab). Di sisi lain ilmu pengetahuan dan
teknologi yang disebarluaskan dan dimanfaatkan oleh semua manusia telah
terfilter dengan baik melalui rambu-rambu agama yang dilakukan oleh orang-orang
yang beriman dan bertaqwa, sehingga iman dan taqwa yang berintegrasi dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi akan mendatangkan manfaat besar dalam kehidupan
umat, mengantarkan sebuah kemajuan bangsa menuju ”baldatun thayyibatun wa
rabbun ghafur” (negeri yang baik senantiasa mendapatkan ampunan dari Tuhan).
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, karangan W.J.S Poerwadarminta, modern merupakan
suatu keadaan baru, yang terbaru, atau sesuatu yang mutakhir. Begitupun manusia
yang dianggap telah memasuki era modern dibandingkan dengan zaman-zaman
sebelumnya. Sehingga beberapa ahli seperti Alex Inkeles, dan sosiolog Indonesia
Soerjono Soekanto pun memeberikan beberapa definisi manusia modern sesuai
pemahaman masing-masing. Selain ciri-ciri manusia modern pun, terdapat
ciri-ciri masyarakat modern, yang seperti kita ketahui bahwa manusia tak lepas
dari istilah masyarakat. Kemodernan suatu individu atau suatu kaum dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya perkembangan teknologi, tingkat
pendidikan dan pengetahuan, kemampuan manusia/masyarakat dan juga pergeseran minat.
Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat dunia pun tentunya tak akan lepas dari kemodernan
ini, namun keadaan modern yang dialami oleh Indonesia pun seharusnya
menyesuaikan dan tak lepas dari kondisi sumber daya manusia Indonesia sendiri
saat ini. Menurut pandangan kami, sebenarnya Indonesia memiliki potensi-ptensi
sumber daya manusia yang sangat baik dan sangat mampu untuk bersaing baik dalam
lingkup regional maupun internasional. Hanya saja pengelolaan dan pembinaan
guna meningkatkan mutu dari sumber daya manusia nya itu sendiri yang masih
kurang malah dapat dikatakan sangat minim. Jika keadaanya seperti ini, memang
tidak dapat menyalahkan siapapun, jika Indonesia yang kaya akan sumber daya
alam dan sumber daya manusianya hanya dapat menjadi negara berkembang.
Berkaitan
dengan kondisi sumber daya manusia Indonesia, lalu langkah apa yang dapat kita
tempuh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia? jawabanya
adalah mengadakan pembinaan berbasis keseimbangan iptek dan juga imtaq guna menciptakan
pribadi-pribadi yang utuh, tangguh, dinamis, dan juga inovatif guna menghadapi
tantangan-tantangan di masa ini dan masa yang akan datang.
3.2 Saran
Saran
yang dapat kelompok kami berikan, sekaligus menjadi penutup dari makalah yang
kami susun ini diantaranya adalah
dalam menghadapi era modern ini, pembinaan terhadap sumber daya manusia agar
menjadi pribadi yang utuh dapat dilakukan dengan cara pendidikan karakter yang
berbasis imtaq dan iptek.
DAFTAR
PUSTAKA
_________.
2013. Kondisi Riil Sumber Daya Manusia
Indonesia. http://www.sinarharapan .co.id/berita/0306/13/opi01.html
[15 Februari 2013] [online].
Nugraha, Adi. 2010. Ciri-ciri manusia modern. Kacibi.blogspot.com/2010/11/ciri-ciri-manusia-modern.html?m=1
[16 Februari 2013] [online].
Poerwadarminta, W.J.S. 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka